Recent Posts

q

Halaman Pertama

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Halaman Kedua

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon

Halaman Ketiga

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

Halaman Ke empat

Dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon

Halaman Ke Lima

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,

Rabu, 15 Juni 2011

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

PERKEMBANGAN INTLEKTUAL

A.      Pengertian Perkembangan Intlektual
Ø Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk    memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991)
Ø Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru.
Ø David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Jadi, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif.

Seorang ahli psikologi Swiss, Jean Peaget selama 40tahun mengadakan penelitian tentang perkembangan intlektual atau proses berpikir anak, dari bayi sampai masa muda. Jean Peaget menemukan bahwa anak-anak pada mulanya masih berpikir menurut apa yang dilihatnya, anak-anak baru dapat memusatkan perhatian kepada satu variabel, ia belum dapat melihat hubungan antara dua variabel, ia juga belum dapat memahami bahwa satu objek dapat mempunyai lebih dari satu ciri yang dapat dimasukkan kedalam klasifikasi yang berbeda-beda.Akan tetapi proses berpikir anak berkembang terus berkat bertambahnya pengalaman dan pengetahuan.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu:


1.     tahap sensori motoris : umur 0 – 2 tahun.
Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan indranya. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap   sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat  diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi (asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada) dan akomodasi (penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama). Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
2.                                                                           Tahap Pra oprasional umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif). Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)   Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b)   Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible.
c)  Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.
e)  Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f)  Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
3.   Tahap operasi kongkrit : umur 7 – 11/12 tahun.
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
·      Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh. Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.
·      Melihat dari berbagai macam segi. Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
·      Seriasi Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.
·      Klasifikasi Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
·      Bilangan. Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
·      Ruang, waktu, dan kecepatan. Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
·      Probabilitas. Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
·      Penalaran. Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget  masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
·      Egosentrisme dan Sosialisme. Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
4.   Tahap operasi formal : umur 11/12 ke atas.
(Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada  tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
Dengan adanya pembagian fase-fase itu, tidak berarti bahwa ada batasan yang tegas antara fase-fase satu dengan yang lainnya, perkembangan intlektual berjalan dengan kontinu. peaget berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat membantu perkembangan intlektual antara lain:
(1).        kematangan, yang merupakan perkembangan susunan saraf sehingga fungsi-fungsi indra menjadi lebih sempurna
(2).         Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya
(3).        Transmisi sosial, yaituhubungan timabal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pangasuhan dan pendidikan dari orang lain.
(4).        keseimbangan, artinya bahwa bila duhadapkan dengan masalah , akan mengalami gangguan keseimbangan dan tidak akan puas sebelum masalah dipecahkan untuk mengmbalikan keseimbangan pada taraf yang lebih tinggi. Jika ia menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan struktur mentalnya, ia harus mengadaptasikan dengan membentuk strutur mental yang lebih tinggi. setelah itu dapat mengasimilasi hal-hal yang tercakup oleh struktur mentalnya, proses adaptasi dan asimilasi berjalan terus demikian mengembangkan kemampuan intlektualnya.




































B.  Teori-Teori Intelgensi
1.       Teori "Two factors"
   Teori ini dikemukakan oleh Charles spearman. Dia berpendapat bahwa        intelgensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode"g"(general       factor), dan kemampuan kusus yang diberi kode "s"(spesific  factor).    Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya        menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.

2.       teori "primary mental abilities"
      Teori ini dikemukakan oleh Thurstoe. dia berpendapat bahwa intelgensi      merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu bahasa, kemampuan    mengingat, kemampuan nalar atau berpikir logis, kemampuan tilikan        ruang, kemampua bilangan, kemampuan mengunakan kata-kata,      kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.

3.       Teori multiple intelgence
      Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan hordward gadner. guilford    berpendapat bahwa intelgensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar        yaitu:
a).     opersi mental (proses berfikir)
Ø Kognisi(menyimpan informasi yang lama dan menemukan   informasi yang baru).
Ø Memori retention( ingatan yang berkaitan dengan kehidupan           sehari-hari).
Ø memori recording(ingatan yang segera).
Ø Divergent Prodaction(banyak kemungknan jawaban).
Ø evaluasi(mengmbil keputusan tantang apakah suatu itubaik, akurat,             memadai)
b).    content (isi yang dipikirkan)
c).     product(Hasil berpikir)
Ø  Unit
Ø  Kelas(kelompok yang memiliki sifat-sifat yang sama)
Ø  relasi(keterkaitan antar informasi)
Ø  sistem
Ø  transformasi
Ø  implikasi(informasi yang merupakan saran dari informasi item yang lain
4.   Teori triachic of aintelgence
      Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg, teori ini merupakan     pendekatan proses kognitif untuk memahami intelgensi. tingkah laku           intelgen itu merupakan hasil dari penerapan strategi berpikir, mengatasi       masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap   konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

C. Tingkatan Intelgensi

IQ
KLASIFIKASI
140- ke atas
130-139
120-129
110119
90-109
80-89
70-79
50-69
49 kebawah
Jenius
sangat cerdas
cerdas
diatas normal
normal
dibawah normal
bodoh
terbelakang(debil)
terbelakang(idiot)

           

Senin, 13 Juni 2011

Tuhan Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam

Tuhan Tinjauan Filsafat Pendidikan
Islam

Secara filsafat,prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhansaja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafateksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, distinct dan unik.Absolut itu artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal inidapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar.Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu iturelatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas.Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisatahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidakbisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisadisangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akanada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct).Kalau tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif.Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanyaada dia satu-satunya.

Apa yang kita kenal sebagai kepercayaan Barat yang mencakup Judaisme,Kristianitas dan yang mendekati ke arah tersebut yaitu Islam, pada dasarnyamempercayai keberadaan Tuhan dalam pengaturan kehidupan manusia dan alamsemesta. Tetapi apabila kita meninjau kepercayaan Timur yang mencakup antaralain Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan Confusianisme maka akan kita jumpaiadanya suatu konsep pengetahuan yang tinggi dimana mengacu pada pengolahan dirisendiri untuk mencapai Pencerahan tanpa menyerah pada segala bentuk pengaturan ataupun nasib.
Konsep pemahaman Ketuhanan berikut ini disampaikan dengan tujuan agar dapatdiperoleh suatu gambaran sekilas mengenai berbagai perbedaan dan persamaan yangada sebagai latar belakang kemunculan suatu agama ataupun kepercayaan tertentu.

Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.
Banyak tafsir daripada nama "Tuhan" ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain-lain. Istilah Tuan juga banyak kedekatan makna dengan kata Tuhan, dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam semesta. Tuhan punya hamba sedangkan Tuan punya sahaya atau budak.

Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an[1], sementara di dalam Alkitab kata Tuhan disebutkan sebanyak 7677 kali [2].Daftar isi [tampilkan]

[sunting]
Konsep tentang Tuhan

Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan biasanya berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, jelas dan unik. Absolut artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan ada yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Kalau Tuhan dapat diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak dapat diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya ada dia satu-satunya. Kalau ada yang lain, berarti dia tidak lagi mutlak.

Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedang Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati". "Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefinisikan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).
[sunting]
Perbandingan antara konsep Tuhan dengan Dewa

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monoteisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut "Sang Dewata Mulia Raya". Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari istilah lokal Nusantara, sama seperti Jubata/Juata/Jata yang dikenal orang Dayak yang berarti penguasa dunia bawah (dewa air). Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme.

Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemah bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'
[sunting]
Konsekuensi eksistensi Tuhan

Dengan kemutlakannya, Tuhan tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak ada kapan lahir atau kapan mati.

Manusia dalam mencari Tuhan dengan bekal kemampuan penggunaan akalnya dapat mencapai tingkat eksistensinya. Kemungkinan sejauh ini, kemutlakan Tuhan menyebabkan manusia yang relatif itu tidak dapat menjangkau substansi Tuhan. Dengan demikian informasi tentang substansi Tuhan itu apa, tentunya berasal dari Sang Mutlak atau Tuhan itu sendiri.

Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan Tuhan. Bahkan ada agama yang dibuat manusia (yang relatif) termasuk pembuatan substansi Tuhan itu tentu. Karena banyaknya nama dan ajaran agama yang bervariasi tidak mungkin semuanya benar. Kalau substansi si mutlak ini bervariasi, maka hal itu bertentangan dengan eksistensinya yang unik. Untuk menemukan informasi tentang substansi yang mutlak, yang unik dan yang distinct itu dapat menggunakan uji autentistas sumber informasinya. Terutama terkait dengan informasi Tuhan dalam memperkenalkan dirinya kepada manusia apakah mencerminkan eksistensinya itu.
[sunting]
Paham-paham ketuhanan

Sungguhpun eksistensi Tuhan dipahami mutlak adanya, tetapi setiap orang mempunyai keyakinan yang berbeda mengenai penjelasan tentang Tuhan sehingga pro-kontra tentang Tuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
Teisme: Pemaham-paham yang meyakini adanya Tuhan
Agnostisisme: Paham-paham yang meragukan adanya Tuhan
Ateisme:Paham-paham yang menyangkal adanya Tuhan

Berikut paham-paham yang dapat dimasukkan ke salah satu dari kategori diatas, yaitu :
Panteisme berarti "Tuhan adalah segalanya" dan "semuanya adalah Tuhan". Ini adalah ide hukum alam, keberadaan dan Semesta di representasikan dalam kaidah agama dengan sebutan Tuhan.
Akosmisme menyangkal realitas dari semesta, dilihat sebagai ultimately illusory (maya), dengan hanya ketidakterbatasan unmanifest absolute sebagai kenyataan.
Dualisme sering dipergunakan bersamaan dengan setan yang muncul di dalam dunia nyata yang bersaing dengan diri dalam mencari kebenaran spiritual.
Gnostisisme adalah sebuah istilah untuk berbagai pencapaian tujuan utama dalam hidup. Hal ini juga kadang diasosiakan dengan adanya persaingan antara kegelapan dan cahaya.
Teori ketuhanan

Paham ketuhanan yang beraneka penjelasan tersebut, berdasarkan teori atau pendekatan yang digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Dalil Logik. Sesuatu yang tidak dapat dilihat atau kesan tidak semestinya tiada. Sekiranya kita tidak dapat melihat atau mengesan nyawa, tidak bererti nyawa itu tidak wujud. Sekiranya cetusan eletrik dalam otak diukur sebagi nyawa, komputer yang mempunyai prinsip yang sama masih tidak dianggap bernyawa.
Dalil Kejahatan di Dunia. Tuhan telah memberi peringatan agar manusia berbuat baik sesama manusia, dengan amaran siksaan yang keras kepada mereka yang ingkar. Adanya kejahatan yang diamalkan oleh manusia di bumi adalah pilihan manusia itu sendiri. Kejahatan adalah keadaan di mana ketiadaan kebaikan. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
Dalil Kesempurnaan. Tuhan adalah sempurna dari segala sifat kecacatan. , dengan itu mengatakan Tuhan tidak mampu adalah salah, sebagai contoh "Adakah Tuhan itu berkuasa untuk mencipta satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan. Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, apa yang berat di bumi tidak bererti di angkasa. Berat tidak membawa apa-apa erti di alam ghaib.
Dalil Kosmologikal. Dari segi kosmologi, Tuhan seharusnya wujud sebagai punca kepada kewujudan alam. Dengan premis "segala sesuatu itu berpunca", maka adalah tidak masuk akal untuk mengatakan alam ini wujud tanpa mempunyai punca,yakni Tuhan. Di alam ini semuanya tersusun dengan hukum-hukum yang tertentu dengan ketentuan Tuhan, yang mana dari segi sains pula dikenali sebagai hukum alam.
Dalil Antropofik. Kewujudan manusia dan fitrahnya untuk mengenal tuhan sudah membuktikan kewujudan Tuhan.

Tuhan dalam Agama Samawi

Agama samawi atau agama langit dimaksudkan untuk menunjuk agama Yahudi, Nasrani (Kristen/Katolik) dan Islam. Diantara agama-agama ini menggunakan sebutan/panggilan yang berbeda yang dikarenakan perbedaan bahasa dan ajarannya.
Allah, sebutan bagi Tuhan dalam bahasa Arab. Biasanya dipakai oleh umat Islam. Dalam agama Islam, Tuhan memiliki 99 nama suci.
Yehowa atau Yahweh, salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini berasal dari istilah berbahasa Ibrani tetragrammaton YHVH (יהוה). Nama ini tidak pernah dilafalkan karena dianggap sangat suci, maka cara pengucapan YHVH yang benar tidaklah diketahui. Biasanya yang dilafalkan adalah Adonai yang berarti Tuan.
Sang Hyang Tritunggal Mahasuci, yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M.

Minggu, 05 Juni 2011

Filsafat Pendidikan Islam


A.    Sumber-sumber dalam Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan islam adalah filsafat yang berdasarkan ajaran islam. Yang berarti sumber utamanya adalah al-qur’an dan assunah, namun, filsafat pendidikan islam juga mengambil sumber-sumber dari ajaran lain yang sejalan, atau tidak bertentangan dengan pokok ajaran islam. Ada dua sumber yang dapat dijadikan pegangan dan pedoman bagi filsfat pendidikan islam yaitu sumber normatif dan sumber historis.
Sumber normatif adalah konsep-konsep filsafat pendidikan islam yang berasal dari al-qur’an dan assunah, sedangkan sumber historis adalah pemikiran-pemikiran tentang filsafat pendidikan islam yang diambil dari luar al-qur’an yang sejalan dengan ajaran islam[1].
Al-qur’an dan as-Sunnah menjadi sumber filsafat pendidikan islam yuang bersifat pendidikan menyeluruh, gaya bahasa dari ungkpaan-ungkapan yang terdapat dalam firman-firman Allah (Al-qur’an) menunjukkan fenomena bahwa firman itu mengandung nilai-nilai metodologis kependidikan dengna corak dan ragam yang berbeda-beda menurut waktu dan tempat serta sasaran yang dihadapi. Namun yang sangat esensial bahwa firman –firman itu senantiasa mengandung hikmah kebijaksanaan yang secara metodologis disesuaikand engan keadaan kondisi manusia yang berbeda.
Pendidikan filsafat sendiri harus mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu dan pengetahuan tinggi, dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam penerapan dan pengamalannya. Allah dalamkonsep filsafat pendidikan islam merupakan pendidik yang maha agung, oleh karena itu filsafat al-qur’an tentang pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu, mengandung perkembangan dan perubahan, dan assunah sendiri memiliki dua fungsi, yaitu (1) menjelaskan sistem pendidikan islam yang terdapat di dalam al-qur’an, dan juga menerangkan hal-hal yang tidak termaktub di dalamnya. (2) menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan rasulullah bersama para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak didik dan bagaimana rasulullah menanamkan keimanan ke dalam jiwa mereka.
Sementara itu hal –hal yang dipandang sebagai sumber historis bagi filsafat pendidikan Islam terdiri dari :
1.      Hasil kajian ilmiah mengenai watak manusia, tingkah akunya, proses pertumbuhannya, kemampuan-kemampuannya dan lain-lain. Baik yang bersifat biologis psikologi maupun sosiologis,  yang senantiasa serasi dan seorientasi dengan aqidah dan nilai-nilai ajaran Islam.
2.      Hasil kajian ilmiah dalam bidan pendidikan mengenai proses belajar manusia dan berbagai corak kajiannya yang tidak bertentangan dengan semangat ajaran Islam.
3.      Pengalaman-pengalaman keberhasilan kaum muslim dalam bidan pendidikan keterbukaan penerimaan terhadap pengalaman-pengalaman ini akan berfaedah bagi filsafat pendidikan Islam.
4.      Prinsip-prinsip yag menjadi dasar filsafat politik Islam, ekonomi Islam masyarakat muslim.
5.      Nilai-nilai dan tradisi –tradisi sosial budaya masyarakat muslim yang tidak menghambat kemajuan dan perubahan.

B.     Macam-macam pendekatan studi Filsafat pendidikan Islam
Beerapa metode pendekatan pengembangan filsafat pendidikanislam
1.      Pendekatan normatif
Maksud pendkeatan ini adalah melakukan studi filsafat pendidikan Islam ddengan jalan membangun meramu dan memformulasi sebuah pemikiran dalam filsafat pendidikan Islam dengan jalan mencari dasar-dasar teologisnya dari al-qur’an dan assunah. Norma artinya nilai juga berarti aturan atau hukum-hukum. Sumber nilai adalah tuhanyang akan mengarah kan manusia kepada Islam. Pendkeatan normatif dimaksudkan mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata.
Dengan pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam kehidupan manusia dan proses pendidikan, dan bagaimana hubungan norma-norma tersebut dengan pendidikan dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk kearah usaha pendidikan di arahkan.
2.      Pendekatan Historis
Pendekatan historis digunakan dalam filsafat pendidikan Islam dengan cara mengadpsi metode yang digunakan dalam penelitian sejarah Islam. Maksud pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan Islam dikaji berdasarkan urutan dan rentang waktu yang terjadi dimasa lampau. Histori atau sejarah memang berhbujgnan dengan peristiwa masa lampau , namaun peristiwa masa lalu tersebut hanya berarti dapat dipahami dari sudut tinjau masa kin dan ahli sejarah dapat memahami peristiwa masa lalu tersebut.
Menurut iman bernadib, pendekatan, historis dalam filsafat pendidikan juga disebut “Historiko filsofis”. Pendkatan ini mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan , mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat, pendidikan sepanjang sejarah danmana yang belum.[2] Dengan menggunakan pendekatan historis, para ahli pikir dapat memecahkan masalah dengan mendekatainya sampai tingkat tertentu. Filsafat marxixme-Leninisme tergolong menggunakan pendekatan historis ini karena pandangannya filsafat marxixme-leninisme berdasarkan para historis materialisme, dimana teori dialiktika Hegel dijadikan dasar anlaisianya, teori dialektika Hegel menyatakan bahwa “These dan arti these adalah sya these”. Bila mana timbul suatu paham atau ideologi baru, lalau ditentang ideologi yang lain, maka timbulah suatu perpaduan antara kedua ideologi yang bertentangan dalam bentuk synthese. Perpaduan dan pertentngan tersebut berlangsung melalu proses sejarah. [3]
Pendekatan historis dalam pendidikan berkanaan dengan penggambaran apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan selama kurun waktu tertentu[4].

3.      Pendekatan Bahasa
Pendekatan bahasa yang digunakan dalam studi filsfat pendidikan Islam biasanya menekankan pada dua kategori , yaitu analisis bahasa dan anlisis konsep. Analisis bahasa adalah usaha untu kmengadakan interpretasi yang menaygkut pendapat/banyak pendapat mengenai makana yang dimilikinya. Bahasa yang dimaksud dalam filsfat pendidikan Islam adlah aspek rasionalnya, bukan emosionalnya. Anlisis bahasa dalam pendekatan bahasa akan memfokuskan sumber-sumber tertulis sebagai sumber pengambilan data. Tulisan-tulisan yang telah  di dokumentasi itu dianalisis bahasanya sehingga diketahui makna enggunaan bahasa tersebut.
Adapun analisis konsep digunakan untuk menganlisis istilah-istilah atau kata-kata yang mewakili gagasan atau konsep. Definisi merupakan  suatu yang diperlukan dalam menganlisis konsep. Ada dua bentuk definisi yang dikemukakan dalam menganalisis sebuah konsep yaitu definisi deskriptif berdasarkan kamus, dan definisi sipulatif yang merupakan standar. Dalam melakukan analisis konsep, empat hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.       Berusaha menemukan kembali arti satu istilah
b.      Meninjau suatu konsep secara objektif
c.       Analisis konsep yang digunakan berdasarkan penerapan logika
d.      Proses penemuan dalam analisis konsep meruapakn pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara pikiran, bahasa dan realitas.
Pada intinya, analisis konsep bermaksud menganalisis kata-kata yang dapat dikatakan sebagai kata kunci dari sebuah kosnep yang berbeda dengan analisis bahasa yang bermaksud mengetahui arti sebenarnya dari sesuatu hal
4.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mencoba memahami filsafat pendidikan Islam dalam konteks sosial, politik, budaya dimana pendidikan Islam itu berada. Pendekatan kontekstual lebih mengarah kepada situasi dan kondisi sosiologis antropologis. Pendekatan ini pada intinya mempertanyakan apakah proses pendidikan yang dilaksanakn secara sosiologis antropologis itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara filosofis ataukah tidak? Atau sebaliknya apakah tujuan pendidikan yang telah dirumuskan itu sesuai dengan tuntutan masyarakat secara antropologis dilapangan atua tidak?
Masyarakat ingin menciptakan perkembangan lebaih baik daripada kondisi-kondisi yang telah ada sebelumnya.

5.      Pendekatan Filsafat Tradisional
Pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan itu berupaya mengkaji sistem-sistem atau aliran-aliran yang ada didalamnya. Filsafat tradisional adalah filsafat yang terdapat dalam sistem, jenis, dan aliran filsfat. Jadi sebuah studi filsafat pendidikan Islam dengan pendekatan ini senantiasa mengungkapkan aliran atau sistem filsafat dalam filsafat pendidikan Islam. Berbagai aliran filsafat, mulai dari yang tradisional, modern sampai yang kontemporer, dicarikan pemikiran-pemikirannya yang berkenaan dengan dunia pendidikan.
6.      Pendekatan Filsafat Kritis
Pendekatan filsafat kritis lebih bersifat keilmuan terbuka dan dinamis. Pendekatan ini memiliki tiga ciri utama, yaitu:
-          Kajian filsafat selalu terarah pada perumusan ide-ide dasar terhadap objek persoalan yang sedang dikaji
-          Perumusan ide-ide dasar itu dapat menciptakan berfikir kritis
-          Kajian filsafat dapat membentuk mentalitas dan kepribadian yang  mengutamakan kebebasan intelektual, sehingga terbebas dari dogmatis dan fanatisme.
7.      Pendekatan Hermeneutika
Hermeneutika dipadnang sebagai cara yang paling tepat untuk menafsirakan dan menjelaskan makana-makna dari wacana lisan dan bahasa gerak dalam ritual yang dipadang sebagai sesuatu  yang paling menentukan terhadap makna dan signifikasinya. Tugas hermeneutika adalah bagaimaan manafsirkan sebuah teks klasifk atau teks asing sehingga menjadi milik kita yang hidup di zaman dan tempat serta suasana budaya yang berbeda.
Jadi maksud penggunaan pendekatan hermeneutika dalam studi filsafat pendidikan Islam adalah menginterpretasikan sebuah teks dyang berbicara mengenai pendidikan. Teks tersebut dipahami berdasarkan konteksnya, mengapa ia muncul dan dalam situasi apa ia lahir. Dengan pendekatan ini, pemahaman akan sebuah teks dapat menghasilkan makan baru, yang berbeda dengan pendekatan normatif.
8.      Pendekatan Perbandingan
Plendekatan perbandingan dalam studi filsafat pendidikan Islam digunakan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari dua buah pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berbeda. Juga bermaksud mengeksplorasi aspek-aspek persamaan dan perbedaan dari keduanya. Dengan pendekatan perbandingan ini diharapkan konseptualisasi pemikiran filsafat pendidikan Islam yang merupakan sintesis dari dua pemikiran yang berbeda tersebut.



[1] Toto Suharto, Silsafat Pendidikan Islam, hlm 39-41.
[2] Ibid, hal, 55
[3] M. Arifin, Filsafat pendiikan Islam, hal 22-23
[4] Amin Abdullah, Filsfat kalam di Era Modernisasi. Hal 31.