Recent Posts

q

Halaman Pertama

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Halaman Kedua

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon

Halaman Ketiga

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

Halaman Ke empat

Dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon

Halaman Ke Lima

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,

Selasa, 23 Agustus 2011

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

1.         Pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam
Manajemen prasarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien guna kepentingan proses pembelajaran di sekolah.

MANAJEMEN PERSONALIA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Kualitas pendidikan masih tergolong rendah. Salah satu penyebabnya adalah kualitas guru yang kurang optimal. Guru memainkan peranan penting dalam membina generasi muda yang siap pakai, handal, terampil dan responsive menghadapi masa depan.
Dalam perspektif pendidikan islam, pengembangan

MANAJEMEN KESISWAAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur serta mampu mencapai tujuan pendidikan sekolah.

MANAJEMEN KURIKULUM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Manajemen Kurikulum adalah suatu proses mengarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sebagai tolak ukur pencapaian tujuan pengajaran oleh pengajar.
Kurikulum pendidikan islam memiliki ciri-ciri :

MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT DAN LAYANAN KHUSUS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

1.        Manajemen hubungan dengan masyarakat
Sekolah adalah sub sistem dari sistem sosial.  Karena itu, sekolah atau madrasah tidak bisa memisahkan diri dari masyarakat. Sekolah memerlukan dukungan dari masyarakat baik berupa calon murid / pedaftar maupun biaya dalam melaksanakan program sekolah. Depniknas (1999) menjelaskan bahwa prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan.

Kamis, 18 Agustus 2011

strategi pembelajaran Problem Solving


Strategi pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan strategi   kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Berbagai model pembelajaran PAI aspek akhlak

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
model-pembelajaran1
 Sebagaimana klasifikasi aspek akhlak yang menekankan pada bentuk pemahaman konsep, pembiasaan diri dan penerapan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari maka model pembelajaran yang paling tepat yaitu model cooperative learning dan model pembelajaran langsung.
a. Model cooperative learning
Pembelajaran kooperatif merupakan salah  satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206). Sistem pembelajaran gotong royong atau  cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14).
 Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu:
1)                                         Saling ketergantungan positif.
2)                                         Tanggung jawab perseorangan.
3)                                         Tatap muka.
4)                                         Komunikasi antar anggota.
5)                                         Evaluasi proses kelompok
  Pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)       Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
2)       Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3)       Jika memungkinkan, masing-masing anggota  kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4)       Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
1)       Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2)       Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan  tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
3)       Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4)       Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran,  konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
b.  Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Rosenshina & Stevens, 1986). Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Tahapan pengembangan model pembelajaran langsung adalah:

1)      Persiapan

2)      Demonstrasi

3)      Pelatihan terbimbing

4)      Umpan Balik

Pelatihan Lanjut(mandiri).

Karakteristik pelajaran PAI aspek Akhlak

Sebagai salah satu sistem etika, tentu saja akhlak islami mempunyai sejumlah kekhususan. Yang dimaksudkan dengan kekhususan di sini selain sebagai bukti keistimewaan dan keunggulan akhlak islami, sekaligus berfungsi sebagai pembeda dengan sistem etika selain Islam. Ada beberapa karakteristik yang dapat dinyatakan sebagai ciri khusus atau pokok dan keunggulan dari akhlak islami, yaitu: (1) akhlak islam adalah akhlak rabbani (2) akhlak islam adalah akhlak manusiawi (3) akhlak islam adalah komprehensif atau menyeluruh (4) akhlak islam adalah akhlak keseimbangan; dan (5) akhlak islam adalah akhlak realistik.
a. Akhlak Islam bersifat Rabbani
Yang dimaksudkan dengan istilah akhlak rabbani di sini adalah bahwa sistem atau ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu ilahi yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah; jadi bukan didasarkan pada hasil pemikiran dan kreativitas manusia. Di dalam Al-Qur'an terdapat sekitar 1500 ayat yang mengandung ajaran akhlak, baik yang teoritis maupun yang praktis. Jumlah 1500 ayat yang mengandung ajaran akhlak itu meliputi hampir seperempat kandungan Al-Qur'an. Demikian pula dalam hadis-hadis nabi amat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlak. Dalam Islam, sifat rabbani dari akhlak, sebagaimana dikatakan oleh Yusuf al-Qardlawi, juga menyangkut tujuannya. Akhlak dan moralitas bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia kini dan di akhirat kelak, dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan alamnya.
Penegasan tentang ciri rabbani dalam akhlak islam itu mengandung makna pula bahwa akhlak islam bukan moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhak yang benar-benar mempunyai nilai kebaikan mutlak. Akhlak rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas (nisbi) dalam hirup manusia. Al-Qur'an mengajarkan:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya "inilah jalan-Ku yang lurus; hendaklah kamu mengakuinya; jangan kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai-berai dari jalannya. Demikian diperintahkan kepadamu, agar kamu bertakwa” (Qs. 6: 153).
b.  Akhlak Islam bersifat manusiawi
Yang dimaksudkan dengan akhlak manusiawi adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
c. Akhlak Islam bersifat komprehensif
Yang dimaksudkan dengan akhlak universal adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horisontal.
Al-Qur'an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun secara tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan haarta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang lain kewajiban melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah.
Al-Qur'an mengajarkan bahwa semua apa yang ada di bumi diciptakan Allah untuk memenuhi kepentingan hidup manusia, seperti yang tertulis dalam surat Al Baqarah;29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:  Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Pernyataan Al-Qur'an itu mengandung arti bahwa manusia diwajibkan bekerja untuk dapat memanfaatkan anugerah Allah di alam ini bagi kepentingan hidupnya. Namun dalam memanfaatkan potensi alam itu, jangan sampai menimbulkan kerusakan-kerusakan yang akan merugikan kepentingan manusia sendiri. Dalam hubungan ini, Al-Qur'an memperingatkan bahwa kerusakan yang terjadi di daratan maupun di lautan adalah akibat perbuatan tangan-tangan manusia sendiri. Sebagaimana yang tertera dalam surat Ar Ruum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ  بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
d. Akhlak Islam bersifat keseimbangan
Yang dimaksudkan dengan akhlak keseimbangan adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang hanya menitikberatkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia sebagai atau seperti hewan yang menitikberatkan pada sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki naluri hewani dan sekaligus ruhaniah malaikat. Manusia memiliki unsur ruhani dan jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. Manusia hidup tidak hanya di dunia ini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Hidup di dunia merupakan ladang tempat bercocok tanam untuk kehidupan di akhirat. Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia jasmani dan ruhani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat. Al-Qur'an surat al-baqarah ayat 200-201 memberikan gambaran adanya dua golongan manusia. Golongan pertama hanya memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dunianya tanpa memperthatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup di akhiratnya. Golongan ini akan terpenuhi keinginan-keinginan hidupnya di dunia, tetapi di akhirat tidak mempunyai bagian apa pun. Golongan kedua memperhatikan kepentingan-kepentingan kepentingan-kepentingan hidupnya di dunia dan akhirat serta merasa takut akan terkena siksa neraka. Golongan inilah yang benar-benar akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat: ”Tuhanmu mempunyai hak yang wajib kau penuhi, dirimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi, istrimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi, berikanlah orang-orang yang mempunyai hak akan haknya” (HR. Bukhari).
e. Akhlak Islam bersifat realistik.
Yang dimaksudkan dengan akhlak realistik adalah bahwa ajaran akhlak islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Perbedaan-perbedaan pembawaan dan kemampuan pada mausia tercermin dalam Surat Fathir, ayat 32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
”Kemudian kami wariskan al-Kitab kepada mereka yang telah kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Maka diantara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri, dan diantara mereka ada yang mengikuti jalan tengah, dan diantara mereka ada (pula) yang unggul dalam perbuatan-perbuatan baik dengan seizin Allah. Itulah karunia yang paling besar” (Qs. 35:32).
Orang menganiaya dirinya sendiri kalau segera sadar dan segera memohon ampun kepada Allah serta kembali ke jalan yang benar, akan memperoleh ampunan Allah. Al-Qur'an menegaskan tentang hal ini dalam Qs. Ali Imran. Nabi Adam adalah gambaran manusia dalam aarti yang sebenarnya. Ketika nabi Adam tergoda oleh iblis memakan buah yang dilarang oleh Allah, maka nabi adam segera mohon ampun kepada Allah yang kemudian Allah mengampuninya (Qs. 2: 35-37 dan Qs. 7: 19-23).
Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian strategi pembelajaran aspek akhlak

Pembelajaran adalah suatu perangkat kegiatan yang mempengaruhi orang  belajar sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran peserta didik lebih diarahkan dab dilibatkan untuk mencapai berbagai tujuan yang telah direncanakan secara sistematik (Romiszowski, 1983). Sementara strategi adalah sebuah cara efektif dan tepat yang digunakan dalam pembelajaran agar mencapai tujuan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Menurut Salisbury (1996) ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan agar pembelajaran berlangsung lebih efektif : 1) mendeskripsikan hal-hal yang harus dikuasai oleh peserta didik setalah mengikuti pembelajaran, 2) mendeskripsikan tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik setelah menyelesaikan tujuan pembelajaran, 3)  mengembangkan, melakukan uji coba dan melakukan revisi terhadap pembelajaran agar lebih baik, 4) mengimplementasikan pembelajaran dalam bentuk individual atau kelompok, 5) menggunakan cara terbaik untuk mnenyampaikan pembelajaran pada peserta didik, 6)  mengevaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, 7) melakukan improvisasi agar pembelajaran dapat dilakukan lebih baik.
 Pembelajaran yang efektif menurut Meier (2002:29) adalah proses pembelajaran yang berhasil  dipengaruhi oleh keterlibatan penuh peserta didik dan variasi keragaman dalam metode mengajar.  Dalam belajar, keterlibatan penuh peserta diidk sangat diperlukan karena belajar bukan hanya aktivitas yang bisa ditonton, tetapi belajar membutuhkan peran serta semua pihak. Variasi dan keragaman metode akan berpengaruh pada munculnya minat belajar peserta didik.
Selain itu, pembelajaran yang baik juga mencakup mengajari peserta didik bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana mendorong diri sendiri (Slavin, 1997). Untuk dapat mengajari peserta didik seperti tersebut diatas, diperlukan keragaman metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik menstimulus dirinya untuk menerima dan merespon informasi yang diperolehnya.
Tomlinson Keasey (1985) mengenalkan dua model pembelajaran yakni cooperative learning (pembelajaran dengan kerjasama), dan competitive learning (pembelajaran kompetisi). Cooperative learning mengubah struktur kelas dalam kelompok  (team group) dalam suasana kerjasama. Oleh karena itu peserta didik harus dipersiapkan untuk bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan meningkatkan ketrampilan sosialnya. Melalui cooperative learning, peserta didik dapat terbantu meningkatkan rasa percaya dirinya karena ia merasa dibutuhkan, dinilai dan dihargai oleh kelompoknya.
Sedangkan competitive learning, pembelajaran lebih menekankan pada kompetisi antarindividu sehingga pencapaian tujuan bersama tidak ditonjolkan. Interakasi dalam bentuk kerjasama tidak tampak, ketrampilan sosial pun tidak terasah. Akan tetapi, model ini memiliki kelebihan untuk evaluasi dan menumbuhkan motivasi belajar.
Apapun bentuk model pembelajarannya dan juga metode pembelajarannya, pembelajaran harus menjadi kebutuhan bukan sebuah tuntutan. Maka, pendekatan ganda dalm pembelajaran dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk menerima materi dengan cara yang berbeda-beda. Sebagaimana dikemukakan oleh Confusius (dalam Silberman, 2001) yaitu :
“apa yang saya dengar, saya lupa,
Apa yang saya lihat, saya ingat,
Apa yang saya lakukan, saya faham”
Dari pernyataan tersebut dimodifikasi oleh Silberman sebagai paham belajar aktif. Hasil dari modifikasi tersebut adalah :
“apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”
Dari paham belajar aktif diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak metode yang diterapkan dalam sebuah pembelajaran akan semakin banyak materi yang dapat dikuasai oleh peserta didik.
Strategi pembelajaran adalah cara yang harus ditempuh/dilalui dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam strategi ada tahapan/langkah-langkahnya dari awal hingga akhir. Dengan demikian strategi merupakan penjabaran dari model dalam bentuk langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi (3) diskusi (4) simulasi (5) laboratorium (6) pengalaman lapangan (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas.
Akhlak merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Akhlak mengandung pengertian sikap dan perilaku seseorang yang berwujud kebaikan dan keburukan yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang yang berkaitan dengan norma agama dan  adat istiadat yang berlaku. Bila sikap dan perilaku yang ditampilkan seseorang itu baik, maka orang tersebut dapat dikatakan memiliki akhlak yang terpuji (akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika yang ditampilkan seseorang adalah sikap dan perilaku yang buruk maka digolongkan memiliki akhlak tercela (akhlakul madzmumah)
Dengan berbagai pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan  strategi pembelajaran akhlak  adalah berbagai desain yang dijabarkan dengan langkah-langkah yang praktis sebagai tahapan dalam pembelajaran dengan tujuan membuat peserta didik dapat memahami dan mengaplikasikan materi akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia

Kemunculan modernisasi pendidikan islam di Indonesia, berkaitan erat dengan pertumbuhan gagasan modernism Islam dikawasan ini. Gagasan modernisme Islam yang menemukan momentumnya sejak awal abad 20, pada lapangan pendidikan direalisasikan dengan pembentukan lembaga-lembaga pendidikan yang diadopsi dari sistem pendidikan colonial belanda. Pemrakarsa pertama dalam hal ini adalah organisasi-orgaisasi “modernis” Islam seperti Jami’at Khoir, Alirsyad, Muhammadiyah dan lain-lain.
Pada awal perkembangan adaopsi gagasan modernism pendidikan Islam ini setidak-tidaknya terdapat  kenderungan pokok dalam eksperimentasi oraganisasi-organisasi Islam diatas pertama adalah adopsi sistem dan lembaga pendidikan modern seara hamper menyeluruh. Titik tolak modernism pendidikan Islam disisni adalah sistem dan kelembagaan modern  , bukan sistem dan lembaga pendidikan Islam yang tradisonal.
Eksperimen ini terlihat jelas dilakukan oleh para pembaharumodernis di Sumatra barat. Pembaharuan pendidikan di Sumatra barat ini juga dibahas seara khusus dan rinci oleh marwan sarijo dalam Bab berjudul” Madrasah dan perguruan di Sumatra Barat”. Salah seorang tokoh paling terkenal dalam pembaharuan pendidikan islam didaerah ini adalah Abdullah dengan madrasah Adabiyah, yang keudian diubah menjadi sekolah Adabiyah(1915). Hanya terdapat sedikit cirri atau unsurdalam kurikulum  sekolah(HIS) Adabiyah dengan  sekolah Belanda. Selain megadopsi seluruh kurikulum sekolah HIS Belanda, sekolah adabiyah menambahkan pelajaran agama 2 jam sepekan. Implikasi eksperimen ini terhadap perkembangan masyrakat muslim minangkabau secara keseluruhan dibahas pula oleh marwan secara tajam. Yang terjadi bukan hanya kemrosotan sistem kelembagaan pendidikan  Islam tetapi juga mandeknya regenerasi dan reproduksi ulama.
Selaras dengan itu muhammadiyah juga mengadopsi sitem dan kelmbagaan pendidikan belanda secar cukup konsisten dan menyeluruh misalnya dengan mendirikan sekolah-sekolah ala Belanda. Seperti MULO,HIS dan lain-lain. Sementara itu sekolah-sekolah Mihammadiyah membedakan diri degan sekolah Belanda dengan memasukkan “Pendidikan agama” kedalam kurikulumnya. Karena itu sekolah-sekolah muhammadiyah tidaklah menjadikan sistem kelmbagaan pendidikan Islam tradisional, apakah surau ataupun pesantren sebagai basisnya. Implikasi dan eksperimen Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ini, pada dasarnya sama dengan apa yang terjadi dalam kasus sumtra barat diatas, yakni madeknya regenerasi dan reproduksi ulama’ dikalangan Muhammadiyah.
Pada pihak lain terdapat eksperimentasi yang bertitik tolak justru dari sistem dan kelembagaan Islam itu sendiri. Disini pendidikan Islam yang sebenarnya telah ada sejak waktu lama di era modrnisasi: sistem pendidikan atau Madrasah atau surau, atau pondok dan pesantren yang memang secar tradisional merupakan lembaga pendidikan Islam indigenous  dimodernisasi misalnya dengan mengadopsi aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan modern, kusunya dalam kandungan kurikulum, teknik dan metode pengajaran, dan sebagainya.
Eksperimen ini agaknya pertama kali dilakukan pesantren Mambaul’ulum, Surakarta, pada tahun 1906. Sebagaimana pesantren lainnya, pesantren ini ,mempunyai basis pada pendidikan dan pengajaran-pengajaran ilmu tradisional Islam. Juga terdapat pelajaran Mantiq, aljabar dan ilmu falak. Selain itu pesantren Mambaul’ ulum juga memasukkan beberapa mata pelajaran modern pada kurikulumnya seperti membaca ltin dan berhitung.