Recent Posts

q

Halaman Pertama

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Halaman Kedua

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon

Halaman Ketiga

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

Halaman Ke empat

Dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon

Halaman Ke Lima

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,

Rabu, 27 Juli 2011

Model pembelajaran moving class di sekolah


Model pembelajaran moving class di sekolah
Agar bisa lebih interaktif sekolah dapat megatur dengan cara berpindah kelas. Mving class merupakan sistem pendidikan telah lama diimplementasikan diberbagai sekolah diluar negeri. Lewat sistem ini, para pesrta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar disetip kelas yang ada. Kegiatan pembelajaran sistem moving class pembelajar pindah kelas setiappelajaran yang diikutinya. Saat peserta didik memasuki ruang kelas peserta didik akan dapat langsung memfokuskan diri dengan pelajaran yang dipilihnya. Para peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai jadwal mereka. Sehingga para peserta didik dapat berpikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan. Moving class ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak agar erasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu, agar mereka tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari. Dengan metode ini setiap pelajaran disediakan kelas khusus., seperti kelas matematika, IPA, bahas Inggris. Model pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap harinya. “Moving Class” berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu. Artinya jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak kek kelas tertentu yang disediakan untuk dipilih.
Misalkan mereka mau belajar bahasa Indonesia maka mereka harus menuju kelas bahasa Indonesia dan ini berlaku juga bagi pelajaran-pelajaran lain. Jadi peserta didik tiap pergantian mata pelajaran harus pindah kelas.keunggulan sistem ini, para peserta didik lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Sementara para guru dapat menyiapan materi pelajaran, alat dan bahan pendukung kegiatan belajar lebih baik. Selain sistem moving class kekhasan istem pendidikan ini disekolah adalah implementasi sistem dwibahasa (bilingual sistem). Dengan komposisi 70 persen bahasa inggris, dan 30 persen bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan sebagai salah satu bentuk keinginan menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional. Kekhasan lainnya yang dapat dilakukan sekolah adalah sistem penerapan “Mother Class” program(program ibu kelas). Program ini, dilakukan untuk menjembatani informasi yang ada dari sekolah ke orang tua, dan sebaliknya. Sebagai implementasinya, setiap kelas, dipilih satu orang, orang tua wali atau murid untuk menjadi ibu kelas. Manfaat penerapan sistem ini anatara lain: waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan, dan kemandirian diri pada peserta didik., memastikan anak berada pada lingkungannya yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada diluar lingkunagn sekolah. Dalam implementasinya, sekolah memperkaya sitem khasanah sistem pedidikannya dengan kurikulum yang dikembangkansendiri mengacu pada kurikulum internasional.kurikulum internasional tidak hanya merujuk pada satu negara saja , tetapi meramu dari sejumlah Negara. Hal penting diambil adalah hal positif yang dapat dipetik, dengan harapan alumni dapat memiliki daya saing global.
Dalam ekolah konvensional, pihak pemerintah/yayasan/komite sekolah cukup menyediakan rung kelas, satu lab computer, tiga lab sains. Tetapi dalam moving class, setiap kelas harus dilengkapi fasilitas keilmuan sesuai bidang study. Tentu saja model ini akan banyak fasilitas yang harus disediakan per ruang. Fasilitas moving class memang lebih mahal, belum lagi dari segi konsep. Penerapan moving class harus dilandasi kefasikhan penguasaan MBS (manajeman berbasis sekolah) sehingga kinerja sekolah bisa teraudit secara transparan dan mewujudkan visi sekolah dengan elegan. Kinerja merupakan terjemah dari performance yang berarti untuk kerja atau prestasi kerja. Meler(1985)menyatakan kinerja sebagai keberhasilan seseorang melaksanakan suatu pekerjaan. Grounlund(1992:86) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan perilaku kerja ditandai keluwesan garak, ritual, dan urutan kerja yang sesuai prosedur, sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah.

Selasa, 26 Juli 2011

Pendidikan Islam dalam Upaya pembebasan


Pendidikan Islam dn upaya pembebasan
Pendidikan seperti yang kita ketahui bersama menempatkan manusia sebagai pusat tuju dari segala proses pendidikan. Pendidikan berusaha menggali dan meningkatkan segal potensi yang dimiliki manusia sehingga ia dapat memfungsikan secar optimal kedudukannya sebagai khalifah dibumi. Maka pendidikan dapat dikatakan berfungsi membebaskan bukan hany6a tatkala mampu membebaskan dari kebodohan, namun juga mampu membebaskan manusia dari sisi jahat kemanusiaannya.Hal ini tidak terlepas dari misi universal pendidikan itu sendiri yang memasuki semua aspek kehidupan manusia, ekonomi dan sains, sains dan teknologi, kemiskinan, ketimpangan sosial, kebudayaan dan  peradaban manusia. semua itu tidak akan terlepas dari peran pendidikan. Disinilah fungsi pendidikan yang membebaskan yaitu membebaskan manusia dari segala belenggu budaya dan perkembangan kehidupan yang begitu cepat dan tidak menguntungkan visi manusia yang benar-benar dibuthkan.
Demikian pula dengan pendidkan Islam, dalam upayanya membebaskan manusia pendidikan islam  diharapkan selain mampu menghasilkan manusia yang melek pikiran pafda realitas hidup juga memilki muatan untuk mensosialisasikan pikiran, wawasan, sikap dan perilaku manusia terhadap nilai-nilai Islam.
Untuk mencapai semua itu pengembangan pemikiran yang bersifat ideologis sangat diperlukan dalam praktek pendidikan Islam. Pendidikan Islam tidak harus memerankan diri sebagai lembaga Indroktinasi keilmuan dan pengetahuan, karena dengan ini pengembangan peran manusia dalam dunia historis dan sosiologis dapat dijalankan dengan bebas, kreatif dan konstruktif. Ini artinya bahwa pengembangan pemikiran dialogis tidak hanya bermakna bagi pencerhan dan kecerdasan akademis semata tetapi juga dikembangkan dalam hubungan dan hubungan dialektika dengan permasalah kehidupan dan mampu memecahkan permasalahan secara kritis, kreatif dan mandiri.

Pendidikan Islam dan Jiwa manusia


Pendidikan Islam seharusnya tidak berhenti pada pencerahan akal semata. Persepsi yang benar terhadap eksistensi diri manusia ini harus selalu dirawat dan dipelihara. Tidak jarang kebenaran persepsi yang telah didapatkan akal, tereliminasi oleh jiwa yang mati yang sama sekali tidak mengikatkan diri kepada Allah SWT.
Akal  yan g lurus harus disertai dengan hati yang dikelola dengan baik.untuk mencapai harapan tersebut, sebagaiman yang ditutur oleh said hawa, manusia harus terus menerus memelihara jiwanya untuk selalu dekat kepada Allah.
Langkah-langkah untuk mendidik ruhani, oleh said hawa dirumuskan sebagai berikut:
1)      Selalu sehat dengan akal berjamaah
2)      Aktiv dalam menjalankan solat sunnah rowatib
3)      Istiqomah melakukan solat dukha, solat malam dan witir
4)      Menyempatkan diri melakukan solat tasbih
5)      Mengkhatamkan bacaan Alqur’an dalam priode tertentu
6)      Selalu berdzikir kepada Allah dengan beristighfar, membaca shalawat Nabi dan dzikir-dzikir lain.
7)      Membaca dzikir-dzikir yang telah dirumuskan oleh ulama’. Jika merasa bosan diusahakn mengganti dengan amalan-amalan lain.
8)      Berpuasa sunnah dengan mengurangi makan, mengurangi bicara yang tidak perlu dan pergaulan yang tidak bermanfaat.
Mungkin kita beranggapan bahwa rumusan said hawa ini berlebihan, karena hanya akan menyita waktu dan membuat orang tidak bekerja. Perjuangan untuk mendapatkan iman yang menyelamatkan kita didunia dan membebaskan manusia dari  api neraka memang berat. Apalagi perjuangan untuk mendapatkan iman setinggi gunung sedalam dan seluas samudra yang mampu membebaskan manusia dari kurafat, takhayyul dan prasangka-prasangka yang membelenggu jiwa, hati dan akal manusia serta mengantarkan pada ikrar yang senantiasa dibaca setiap shalat.
Demikianlah beberapa alter4natif dari pendidikan Islam untuk mengantarkan manusia menuju iman yang murni yang diridoi Allah SWT. Mudah mudahan kita Bangsa Indonesia mendapat pencerahannya

Model pendidikan yang toleran


Model pendidikan yang toleran
Pendidikan yang toleran bisa dikembangkan melalui dua model yaitu:
1.      Model aksi-refleksi-aksi dalam pembelajaran yang lebih mementingkan pada siswanya.model ini diterapkan oleh Paulo freire yang lebih mementingkan pembelajaran terhadap masalah dngan paradigm kritis menggunakan dialog antara fasilitator dan pembelajar yang membawa percakapan yang bernilai pengalaman divergen, harapan, perspektif, dan nilai. Dialog yang digunkan bukan bermakna sebatas teknis dan taktik tetapi komunikasi yang kritis berarti merefleksikan bersama (guru dan siswa) apa yang diketahui dan tidak diketahui kemudian bertindak kritis untuk mentransformasi realitas. Yang utama dari paradigma ini adalah pengakuan manusia sebagai hal yang sentral bagi sebuah perubahan yang memndang system dan struktur sosial secara kritis. Pembelajaran ini bersifat membebaskan yang memiliki prasyarat  diantaranya:
a.       Tidak ada pembagian kekuasaan kedudukan guru dan siswa adalah seimbang dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan (setara dalam sarawung ilmiah) keduanya merupakan mitra belajar sehingga harus saling menghormati.
b.      Penggunaaan sumber daya setempat (kususnya murid, sumber belajar, bahan ajar, dan lainnya yang terkait dengan pembelajaran). Sumber dari luar siswa hanya memainkan peran pendukung dan tidak lagi merupakan sumber dominan yang control.
c.       Pembelajaran mengakar pada konteks setempat, model rancangan dan pelaksanaan model secara sederhana dan relevan bersal dari masukan siswa.
d.      Menekankan pada pembelajaran kualitatif dan berorientasi pada proses.
2.      Model Ignasian. Model ini hamper mirip dengan yang pertama langkah yang ditempuh meliputi: konteks, pengalaman, refleksi(daya ingat, pemahaman, daya imajinasi dan perasaan) untuk menangkap arti dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari, aksi tindakan yang mengacu pada pertumbuhan batin manusia berdasarkan pengalaman yang telah direfleksiskan dan mengacu juga pada yang ditampilkan) dan evaluasi.
Dua model diatas memang belum bisa dikembangkan disekolah-sekolah islam tetapi bisa diterapkan. Hal ini tentunya tergantung dari kesiapan para pengajar dari segi pengetahuan dan pengalaman masing-masing.

GAYA BELAJAR ORANG DEWASA

Menjadi fasilitator dalam proses belajar orang dewasa tidaklah mudah, sebab mahasiswa merupakan orang-orang yang sudah terbentuk. Mereka sudah dapat menilai program-progam yang disajikan dan juga menilai cara penyajian progam dosen. Tidak jarang mahasiswa merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab bahan yang mereka terima tidak ssesuai atau kurang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Padahal menurut penilaian dosen bahan yang dipilih telah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Apabila kebutuhan yang disajikan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan disajikan dengan gaya yangs sesuai dengan gaya belajar mereka, maka mahasisiwa dengan mudah menguasai bahan tersebut dan dapat mempraktikkan dimasyarakat. Sebaliknya jika tidak sesuai dengan gaya belajar mereka , maka tujuan pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu dosen perlu mengetahui gaya belajar bagi mahasiswa, antara lain mereka belajar memerlukan kondisi bebas tidak menyukai hafalan-hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang praktis dari pada teoritis.
Dalam proses belajar mengajar orang dewasa fungsi dosen menjadi berubah. Dosen bukan lagi berperan menjadi guru yang menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan seorang yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan yang sebenarnya menjadi pengalaman dan pengetahuan baru yang member aspirasi baru bagi mahasiswa. Pengalaman baru tersebut melibatkan dosen maupun mahasiswa. Untuk mencapai hal tersebut, dosen diharapkan tampil untuk:
1.      Memulai diskusi.
Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan dapt melibatkan mahasiswa.
2.      Menyediakan informasi
Diskusi yang baik tidak mungkin dimulai tanpa informais yang cukup. Dosen hendaknya mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan.
3.      Meningkatkan partisipasi
Usahakan agar kesempatan berpendapat tidak didominasi oleh sutu atau dua orang saja. Partisispasi dapat ditingkatkan.
4.      Menentukan criteria dan rambu-rambu
5.      Menengahi perbedaan
Perbedaan pendapat dapat menumbuhkan diskusi yang baik, namun perbedaan yang berlarut-larut tidak dapat mencapai tujuan diskusi.
6.      Mengoordinasi dan menganalisis informasi
7.      Member ringkasan atau rangkuman
Proses belajar orang dewasa biasanya melalui beberapa tahap;
1.      Awarantess
Tahap pengenalan dan penjelasan .  konsep-konsep dan materi yang akan dipelajari.
2.      Pengetahuan/pemahaman. Tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori, prosedur, prisip-prinsip yang berlaku pada materi atau ketrampilan yang akan dipelajari.
3.      Ketrampilan
Tahap penguasaan suatu ketrampilan tersebut melalui praktek-praktekdan latihan.
4.      Penerapan ketrampilan dan pengetahuan. Tahap pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimiliki  pada masalah-masalah yang baru belum pernah diketahui.
5.      Sikap. Tahap mennetukan sikap berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yng sudah dimiliki. Perubahan sikap yang ini memerlukan watak yang cukup lama.