Recent Posts

q

Minggu, 24 Juli 2011

model dan strategi pembelajaran aspek ta’bir

1.      Pengertian model dan strategi pembelajaran aspek ta’bir.
Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 1988 : 9). Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain atau bentuk tertentu yang menggunakan beberapa cara yang rinci dalam menciptakan situasi belajar mengajar sehingga terjadi interaksi antara siswa yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan/perkembangan dalam diri siswa.
Strategi pembelajaran adalah cara yang harus ditempuh/dilalui dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Strategi ada tahapan/langkah-langkahnya dari awal hingga akhir. Dengan demikian strategi merupakan penjabaran dari model dalam bentuk langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
Ta’bir adalah salah satu aspek dalam bahasa Arab yang berupa ketrampilan mengungkapkan bahasa secara lisan. Dengan demikian ta’bir dapat berupa percakapan, bercerita, berpidato, berdiskusi, atau ungkapan-ungkapan lisan yang lain. Dalam bahasa Arab, ta’bir seringkali juga disebut dengan maharatul kalam, atau tahadduts.
Dengan berbagai pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan model dan strategi pembelajaran ta’bir adalah berbagai desain yang dijabarkan dengan langkah-langkah yang praktis sebagai tahapan dalam pembelajaran dengan tujuan membuat siswa dapat mengungkapkan ide atau pikirannya dengan bahasa Arab secara lisan.

2.      Karakteristik pelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Bahasa Arab, sebagaimana bahasa-bahasa yang lain memiliki empat ketrampilan bahasa (مهارة اللغة) atau yang dikenal pula dengan فنون اللغة (seni-seni bahasa). Dengan menggunakan kata maharah, dapat dipahami bahwa aspek paling mendasar dari bahasa itu adalah alat komunikasi, dan ketrampilan adalah bagian yang paling mendasar ketika menggunakan bahasa. Keempat maharah itu antara lain adalah; مهارة الاستماع/listening (ketrampilan mendengar), مهارة الكلام/ speaking (ketrampilan berbicara), مهارة القراءة/reading (ketrampilan membaca), dan مهارة الكتابة/writing (ketrampilan menulis) (Fathi Ali Yunus dkk, 1981: 35). Pembagian keempat ketrampilan bahasa tersebut juga dikemukakan oleh Shalah Abdul Majid Al-‘Araby (1981: 63) yaitu  الإستماع والفهم (mendengar dan memahami), القراءة (membaca), الحديث والمنطوق (berbicara), dan الكتابة (menulis). Dari keempat maharah tersebut, kemudian dibagi menjadi dua, yaitu; (1) al-maharah al-isti’abiyah (الإستعابية)  ata dapat juga dipahami sebagai ketrampilan pasif yang meliputi al-istima’ dan al-qira’ah, dan (2) al-maharah al-ibtikariyah الإبتكارية)) atau ketrampilan aktif yang meliputi al-hadits dan al-kitabah.
Penempatan urutan keempat ketrampilan tersebut memang terdapat perbedaan pendapat. Hal ini tidak terlepas dari sudut psaudarang seseorang terhadap bahasa itu sendiri. Meski demikian, menurut penulis model pengurutan yang pertama lebih sesuai dengan psikologi belajar bahasa anak. Dengan kata lain, setiap orang akan belajar bahasa secara alami melalui tahapan mendengar, berbicara, membaca, dan kemudian menulis. Pertama kali anak yang lahir ke dunia ini tidak mengenal bahasa apapun, kemudian dia akan belajar bahasa dari pendengaran. Lama-kelamaan anak akan menirukan (mengucapkan) apa yang didengar, setelah itu baru kemudian belajar untuk membaca dan menulis. Proses alamiah ini juga sejalan dengan fitrah manusia yang difirmankan Allah SWT:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).
Keempat ketrampilan berbahasa tersebut merupakan satu rangkaian yang sesuai dengan kejiwaan manusia. Konsekuensinya, proses belajar bahasa seharusnya juga melalui tahapan seperti tersebut, yaitu mulai dari belajar mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Tetapi pada kenyataannya, proses pembelajaran bahasa Arab tidak selalu mengikuti pola tersebut. Bahkan, tidak jarang sebuah proses pembelajaran bahasa tidak mesti mengajarkan keempat ketrampilan bahasa tersebut secara simultan. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan terhadap bahasa tersebut, karena biasanya orang belajar bahasa asing itu sudah memiliki tujuan tertentu. Misalnya ada yang ingin belajar bahasa Arab karena akan bekerja di Arab, akan naik haji, akan melanjutkan studi di Arab, akan berbisnis dengan orang Arab, atau karena tujuan-tujuan yang lain. Akibatnya, proses pembelajaran bahasa Arab seringkali hanya terfokus pada sebagian ketrampilan saja.
Berbicara merupakan aktivitas berbahasa yang sangat penting bagi anak-anak. Sementara itu orang dewasa, dan manusia pada umumnya menggunakan perkataan lebih banyak dibanding tulisan. Maksudnya adalah, bahwa pada umumnya manusia lebih banyak berbicara dibanding menulis, terutama untuk kebutuhan berkomunikasi. Dalam sejarah bangsa Arab tercatat sangat banyak para tokoh yang psaudarai berorasi (khutbah) dengan baik, diantaranya yang terkenal adalah Ali bin Abi Thalib, Ziyad bin Abihi, Hujaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi, Abdullah an-Nadim, Mushthofa Kamil, dan Sa’ad Zaghlul (Fathi Ali Yunus dkk (1981: 133).
Ketrampilan berbicara (ta’bir) pada dasarnya adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dua arah antara pembicara dengan pendengarnya. Kemampuan ta’bir tidak dapat dilepaskan dari kemampuan menyimak (istima’). Maka perkembangan kemampuan ta’bir akan terkait dengan perkembangan kemampuan siswa dalam mendengar dengan baik dan mengaitkan bunyi dengan kalimat-kalimat (Fathi Ali Yunus dkk (1981: 113). Dengan demikian kemampuan berbicara harus didasari oleh; kemampuan mendengarkan (reseptif), kemampuan mengucapkan (produktif), dan pengetahuan (relative) kosa-kata dan pola kalimat yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud/fikirannya (Abdul Mu’in, 2004: 169-170).
Shalah Abdul Majid (1981: 137-138) membagi ketrampilan berbicara menjadi dua tingkatan, yaitu النطق (ucapan) dan الحديث (berbicara). “Ucapan” merupakan ketrampilan yang tidak banyak membutuhkan pemikiran dan penghayatan. Bentuk-bentuk dari ucapan ini dapat berupa mengulang apa yang diucapkan pengajar, membaca dengan keras, atau menghafalkan nash yang ditulis maupun yang didengar. Sedangkan “berbicaramerupakan ketrampilan yang melibatkan minimal dua pihak, yaitu orang yang berbicara dan yang mendengar. Dengan demikian dalam ketrampilan berbicara ini diperlukan keterlibatan fikiran dan perasaan sekaligus diperlukan ketrampilan istima’ agar pembicaraan dapat berlangsung dengan lancar.
Dalam berbicara biasanya terdapat beberapa kesulitan, sehingga dalam pembelajarannya perlu mendapat perhatian. Agar dapat menyampaikan maksud dengan baik dalam berbicara, setidaknya perlu melalui tiga tahapan, yaitu; (1) memikirkan dulu apa yang akan disampaikan  dalam  pembicaraan, (2) membahas  materi  yang  akan  dikembangkan  dalam  pembicaraan,  dan  (3) menentukan cara yang digunakan dalam berbicara agar dapat menyampaikan makna yang diinginkan (Fathi Ali Yunus dkk, 1981: 149).

3.      Tujuan pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab I tentang tujuan pembelajaran bahasa Arab, maka tujuan pembelajaran untuk aspek ta’bir adalah:
a.       Siswa mampu berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan.
b.      Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon secara lisan dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan.
c.       Siswa mampu untuk berdiskusi dan menganalisis teks secara kritis.

4.      Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Pelajaran bahasa Arab di Madrasah Aliyah untuk aspek ta’bir dirumuskan dalam bentuk rumusan yang sama mulai dari kelas X sampai XII. Namun demikian jika diklasifikasikan hanya terdapat beberapa fokus kajian saja yang dikembangkan secara berulang-ulang untuk berbagai jenis tema dan struktur kalimat yang berbeda-beda. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir tersebut meliputi empat ketrampilan pokok, yaitu:
a.       Menyebutkan nama-nama benda (isim) sesuai dengan tema.
b.      Melakukan tanya jawab menggunakan struktur kalimat sesuai dengan tema dan materi pokok.
c.       Membuat deskripsi dalam bahasa Arab menggunakan struktur kalimat sesuai dengan tema dan materi pokok.
d.      Menjelaskan kembali materi sesuai dengan tema dengan menggunakan bahasa Arab menggunakan ungkapan sendiri.

5.      Klasifikasi materi bahasa Arab aspek ta’bir.
Pada dasarnya materi pelajaran bahasa Arab yang dikembangkan dalam SK-KD sesuai KTSP, masih menjadi satu kesatuan antara empat aspek ketrampilan berbahasa. Dengan demikian, satu materi dikaji dari empat aspek tersebut dengan rumusan KD yang sama. Setelah diklasifikasikan, khusus untuk aspek ta’bir diperoleh rumusan KD yang sangat banyak, yaitu sebanyak jumlah bab atau tema yang dipelajari pada semua kelas. Rincian klasifikasi materi bahasa Arab aspek ta’bir tersebut dapat dilihat dalam lampiran.

6.      Berbagai model pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Pada dasarnya hampir semua model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dikembangkan dalam pembelajaran aspek ta’bir. Dalam kurikulum KTSP telah disebutkan adanya tiga model pembelajaran yang ditawarkan, yaitu model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran langsung, dan model pembelajaran kooperatif.
a.       Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning adalah pembelajaran yang menjadikan masalah (soal/pertanyaan) sebagai fokus dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran berdasarkan masalah ini menjadikan pembelajaran secara terfokus. Dengan demikian model pembelajaran ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan  untuk:
1)      Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah,
2)      Belajar peranan orang dewasa yang otentik, dan
3)      Menjadi pembelajar yang mandiri.
Ciri-Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah:
1)      Masalah berupa suatu pengajuan pertanyaan (masalah/soal),
2)      Memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,
3)      Penyelidikan otentik,
4)      Kerjasama,
5)      Menghasilkan karya.


b.      Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Rosenshina & Stevens, 1986). Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Yang dimaksud dengan model pembelajaran langsung di sini berbeda dengan thariqah mubasyirah yang biasa digunakan dalam pembelajarna bahasa Arab. Thariqah mubasyirah adalah metode langsung, yaitu metode atau strategi pembelajaran bahasa Arab dengan langsung menggunakan bahasa bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Dengan demikian thariqah mubasyirah bisa saja sebagai bagian dari penerapan model pembelajaran langsung. 

Tahapan pengembangan model pembelajaran langsung adalah:

1)      Persiapan

2)      Demonstrasi

3)      Pelatihan terbimbing

4)      Umpan Balik

5)      Pelatihan Lanjut(mandiri)


c.       Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memfokuskan pada aktifitas siswa dan kerjasama. Biasanya siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah:
1)      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2)      Menyajikan informasi
3)      Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
4)      Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5)      Evaluasi
6)      Memberi penghargaan

7.      Berbagai strategi pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Dalam pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir banyak strategi yang dapat dikembangkan dan digunakan. Dalam modul ini strategi yang akan dibahas lebih difokuskan pada strategi pembelajaran aktif (active learning). Tentu saja pemilihan strategi tersebut harus disesuaikan dengan model yang digunakan. Misalnya dalam model pembelajaran langsung dapat digunakan strategi small group presentation. Dalam model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan strategi at-ta’bir bish-shurah atau strategi small group presentation. Dalam model kooperatif dapat digunakan strategi at-ta’bir bish-shurah, small group presentation, the power of two, jigsaw, gallery session, atau snowballing.


8.      Pemilihan model dan strategi pembelajaran bahasa Arab aspek ta’bir.
Salah satu tujuan penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar (Joyce B dan Weil M, 1992 : 2). Untuk menentukan model yang digunakan dalam pembelajaran, maka dibutuhkan berbagai pertimbangan, di antaranya adalah:
a.       Materi yang akan disampaikan
b.      Perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa/aspek yang akan dicapai dalam kompetensi siswa
c.       Kemampuan guru dalam mengelola sumber belajar
d.      Waktu yang tersedia
e.       Sarana/prasarana
Setelah model ditentukan, kemudian dipilih strategi pembelajaran yang akan digunakan. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat, maka harus didasarkan pada KD yang akan dicapai. Dengan demikian memungkinkan setiap KD diajarkan dengan satu strategi. Begitu pula memungkinkan satu strategi digunakan untuk mengajarkan beberapa KD.

9.      Penentuan Model dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aspek Ta’bir
Berdasarkan ruang lingkup materi bahasa Arab aspek ta’bir pada poin 4 di atas, diketahui bahwa aspek ta’bir terdiri atas empat kelompok. Dari empat kelompok tersebut kemudian dikembangkan menjadi empat indikator. Keempat indikator tersebut bukanlah indikator yang terpisah satu dengan yang lain, akan tetapi dapat dipahami sebagai sebuah tahapan atau tingkatan. Artinya, dalam sebuah pembelajaran ta’bir tidak hanya bertujuan untuk menyebutkan nama-nama benda saja, tetapi dilanjutkan dengan tanya jawab, mendeskripsikan, dan menjelaskan kembali materi sesuai dengan tema dalam bahasa Arab. Untuk itu dalam pengembangan strategi pembelajaran bahasa Arab tidak difokuskan untuk masing-masing indikator secara terpisah, tetapi menjadi satu kesatuan.  
Meskipun demikian, beberapa strategi dapat dipilih oleh guru untuk mengajarkan masing-masing kompetensi tersebut. Di antara strategi yang relevan dengan masing-masing indikator dapat dijelaskan sebagaimana tabel berikut ini:
Indikator
Strategi
Menyebutkan nama-nama benda (isim)
at-ta’bir bi ash-shurah, small group presentation
Melakukan tanya jawab menggunakan struktur kalimat sesuai dengan tema dan materi pokok
small group presentation, atau gallery session.
Membuat deskripsi dalam bahasa Arab
at-ta’bir bi ash-shurah, small group presentation
Menjelaskan kembali materi sesuai dengan tema
small group presentation, jigsaw, atau gallery session.

0 komentar:

Posting Komentar