Recent Posts

q

Sabtu, 23 Juli 2011

mode4l evaluasi pendidikan


1.      Goal oriented evaluation model
Goal oriented evaluation model yang dikembangkan oleh Tyler (1967) merupakan  model yang muncul paling awal. Sebagai objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang telah ditetapkan sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mencek sejauhmana tujuan tersebut sudah terlaksana didalam proses pelaksanaan program.
2.      Goal Free evaluation Model (evaluasi bebas tujuan)
Model evaluasi yang dikembangkan Michael Scriven ini berbeda dengan model dari Tyler. Jika model yang dikembangkan tyler evaluator terus menerus memantau sejak awal proses, terus melihat sejauhaman tujuan telah tercapai. Dalam model ini  tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pelaksanaan program, dengan cara  mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik yang diharapkan (positif) maupun yang tidak diharapkan (negative). Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan.  Dalam evaluasi bebas tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.
3.      Formative-Summative Evaluation Model
Selain model evaluasi bebas tujuan, Michael Scriven juga mengembangkan model lain yaitu model formatif-summatif. Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan disebut evaluasi formatif, sedangkan evaluasi  ketika program sudah selesai disebut evaluasi summative. Model kedua yang diekmbangkan Michael scriven  ini , evaluator pada saat melakukan evaluasi tidak lepas dari tujuan.  Tujuan evaluasi formatif berbeda dengan evaluasi summative. Dengna demikian model yang dikembangkan scriven menunjuk tentang apa, kapan, dan tujuan evaluasi tersebut dilaksanakan. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat program masih berlangsung atau ketika masih dekat permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif adalah untuk emngetahui sejauhaman program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan yang terjadi. Evaluasi summative dilakukan setelah program berakhir. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi evaluasi summative untuk menilai kegunaan atau manfaat suatu proyek, program atau kegiatan. Evaluasi summative digunakan untuk menilai apakah suatu program akan diteruskan, dihentikan,  dikembangkan, atau dimodifikasi. Pada evaliasu ini, evaluasi berfokus pada variable-variabel yang dianggap penting mempengaruhi keberhasilan program.

4.      Countenance Evaluation Model
Countenance Evaluation model membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu a) antecedents/context, b) transaction/process, c) output-outcomes (keluaran). Model ini dikembangkan oleg Stake (1967)
Menurut stake, dalam mengevaluasi suatu program perlu membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi pada program lain, dengna objek sasaran yang sama atau membandingkan kondisi hasil pelaksanaan dengna standar yang diperuntukkan bagi program yang bersangkutan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5.      CSE-UCLA Evaluation Model
CSE merupakan singkatan dari Center for Study of Evaluation, sedangkan UCLA singkatan dari University of California in Los Angeles. Cirri model CSE-UCLA adalah adanya lima tahapan yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu: a) needs assessment, yang memberikan informasi kebutuhan dan tujuan jangka panjang apakah yang akan dicapai, b)program planning, memberikan informasi apakah rencana kegiatan yang disusun berrdasarkan hasil analisis kebutuhan, c) program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenlakna kepada kelompok masyarakat tertentu sesuai yang direncanakan, d) formative evaluation, yang memberikan informasi tentang bagaimana pelaksanaan program dan kemungkinan pengembangan program, e)summative  evaluation, mengumpulkan data tentang hasil dan dampak suatu program. Melalui evaluasi summative ini diharapkan dapat diketahui apakah tujuan program sudah tercapai, dan jika belum dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya. Evaluasi ini juga digunakan untuk menilai apakah program akan diteruskan atau dihentikan.

6.      CIPP dan CIPPO evaluation Model
Model evaluasi CIPP merupakan model yang palilng banyak dikenal dan diterapkan oleh evaluator. Model CIPP diekmbangkan oleh Stufflebeam (1967) di Ohiho State University. CIPP merupakan singkatan dari empat buah kata : a) contexs evaluatin, evaluasi thd konteks, b) input evaluation, evaluasi thd masukan, c)process evaluation, evaluasi thd proses, d) product evaluation, evaluasi thd produk. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalajh komponen dari proses sebuuah program. Dengna kata lain, CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah system. Dengan demikian, jika model CIPP dieprgunakan untuk mengevalulasi program, maka program tersebut dievaluasi berdasarkan komponen0komponennya. Model evaluasi CIPP sekarang disempurnakan dengan stau komponen O singkatan dari outcomes sehingga menjadi CIPPO.
Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product) sedangkan model CIPPO sampai pada implementasi dari product. Sebagi contoh, kalau product dari proses pendidikan berhenti pada lulusan, tetapi outcomes pada bagaimana kiprah lulusan di masyarakat atau pendidikan lanjutannya bukan hanya mengandalkan kualitas/kuantitas barang yang dihasilkan, tetapi pada kepuasan pelanggan.konseumen atau pemakai.


7.      Measurement Evaluation Model
Tokoh pengembang measurement evaluation model adalah Thorndike (1971). Model evaluasi ini menitikberatkan pada kegiatan pengukuran didalam pelaksanaan proses evaluasi. Pengukuran dipandang sebagai suatu kegiatan ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang termasuk pendidikan.

8.      Congruence Evaluation Model
Tokoh evaluasi yang mengembangkank model ini adalah Tyler dan Cronbach. Menurut tyler (1967) pendidikan sebagai suatu proses didalamnya terdapat tiga hal yang berbeda yaitu; tujuan pendidikan, proses pembelajaran dan penialian hasil; belajar.

0 komentar:

Posting Komentar