Recent Posts

q

Selasa, 26 Juli 2011

Model pendidikan yang toleran


Model pendidikan yang toleran
Pendidikan yang toleran bisa dikembangkan melalui dua model yaitu:
1.      Model aksi-refleksi-aksi dalam pembelajaran yang lebih mementingkan pada siswanya.model ini diterapkan oleh Paulo freire yang lebih mementingkan pembelajaran terhadap masalah dngan paradigm kritis menggunakan dialog antara fasilitator dan pembelajar yang membawa percakapan yang bernilai pengalaman divergen, harapan, perspektif, dan nilai. Dialog yang digunkan bukan bermakna sebatas teknis dan taktik tetapi komunikasi yang kritis berarti merefleksikan bersama (guru dan siswa) apa yang diketahui dan tidak diketahui kemudian bertindak kritis untuk mentransformasi realitas. Yang utama dari paradigma ini adalah pengakuan manusia sebagai hal yang sentral bagi sebuah perubahan yang memndang system dan struktur sosial secara kritis. Pembelajaran ini bersifat membebaskan yang memiliki prasyarat  diantaranya:
a.       Tidak ada pembagian kekuasaan kedudukan guru dan siswa adalah seimbang dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan (setara dalam sarawung ilmiah) keduanya merupakan mitra belajar sehingga harus saling menghormati.
b.      Penggunaaan sumber daya setempat (kususnya murid, sumber belajar, bahan ajar, dan lainnya yang terkait dengan pembelajaran). Sumber dari luar siswa hanya memainkan peran pendukung dan tidak lagi merupakan sumber dominan yang control.
c.       Pembelajaran mengakar pada konteks setempat, model rancangan dan pelaksanaan model secara sederhana dan relevan bersal dari masukan siswa.
d.      Menekankan pada pembelajaran kualitatif dan berorientasi pada proses.
2.      Model Ignasian. Model ini hamper mirip dengan yang pertama langkah yang ditempuh meliputi: konteks, pengalaman, refleksi(daya ingat, pemahaman, daya imajinasi dan perasaan) untuk menangkap arti dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari, aksi tindakan yang mengacu pada pertumbuhan batin manusia berdasarkan pengalaman yang telah direfleksiskan dan mengacu juga pada yang ditampilkan) dan evaluasi.
Dua model diatas memang belum bisa dikembangkan disekolah-sekolah islam tetapi bisa diterapkan. Hal ini tentunya tergantung dari kesiapan para pengajar dari segi pengetahuan dan pengalaman masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar