Recent Posts

q

Minggu, 24 Juli 2011

IMPLIKASI TEORI BALAJAR TERHADAP PROSES PENDIDIKAN

A.  Teori Belajar
Belajar merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Dalam belajar, si belajar yang lebih penting sebab tanpa si belajar tidak ada proses belajar. Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami terlebih dahulu teori belajar, alasannya:
1.         Membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi didalam diri si belajar.
2.         Dengan kondisi ini pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar.
3.         Mungkin pengajar melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar.
4.         Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar.
5.         Hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ini dapat membantu si pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif.
Secara umum semua teori belajar dapat kita kelompokkan menjadi empat golongan atau aliran yaitu:
1.         Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku)
2.         Teori Belajar Kognitivisme
3.         Teori Belajar Humanistik
4.         Teori Belajar Sibernetik



B. Implikasi Teori Belajar
1.    Teori Belajar Behaviorisme
Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa membaca).
Yang terpenting dari teori ini adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan out put yang berupa respons. Sedang apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons adalah reakasi terhadap stimulus yang diberikan gurunya.
Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat.  
 Atau sebaliknya, penguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnya bila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative reinforcement.
a.         Prosedur – prosedur mengembangkan pola tingkah laku baru
Ada dua metode untuk mengembangkan  pola tingkah laku baru
1)    Shaping
Pola tingkah laku yang baru dapat diajarkan melalui proses shaping atau successive approximations. Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian diadakan analisis tugas, langkah – langkah kegiatan murid renforcement terhadap respons yang diinginkan . Fraznier mengemukakan 5 langkah perbaikan tingkah laku belajar murid :
a)         Datang ke kelas tepat waktunya
b)        Berpartisipasi dalam belajar dan merespons guru
c)         Menunjukkan hasil – hasil tes dengan baik 
d)        Mengerjakan perkerjaan rumah ( PR)
e)         Penyempurnaan
2)    Modelling
Modelling  adalah suatu bentuk belajar yang tidak dapat disamakan dengan classical conditioning maupun operant conditioning. Dalam modelling seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modelling atau imitasi daripada melalui pengajaran langsung.
Modelling dapat terjadi baik dengan direct reinforcement maupun dengan vicarious reinforcement. Bandura (1962) dalam penelitiannya terhadap tngkah laku kelompok – kelompok anak dengan sebuah boneka plastic mengamati, bahwa dalam situasi permainan, model rewarded group beraksi lebih agresif daripada model punished group.
Perilaku imitatif adalah perilaku meniru orang disekitarnya. Perilaku imitatif tergantung pada sipendidik, mana yang patut diikuti maupun yang tidak. Dalam hal ini orang tua harus tegas. Bandura membagi tingkah laku imitatif menjadi tiga macam :
1)             Inhibitory – disinhibitory effect; kuat lemahnya tingkah laku oleh karena pengalaman tidak menyenangkan atau  vicorious reinforcement
2)             Eleciting effect; ditunjangnya suatu respons yang pernah terjadi dalam diri, sehingga timbul respons serupa.
3)             Modelling effect; pengembangan respons – respons baru melalui observasi terhadap suatu model tingkah laku. Modelling dapat dipakai untuk mengajarkan keterampilan – keterampilan akademis dan motorik
b.         Prosedur – prosedur pengendalian atau perbaikan tingkah laku
1.         Memperkuat tingkah laku bersaing
       Dalam usaha mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan diadakan penguat tingkah laku yang diinginkan. Misalnya dengan kegiatan – kegiatan kerjasama, membaca, dan bekerja di suatu meja untuk mengatasi kelakuan – kelakuan menentang, melamun, dan hilir mudik.
2.         Ekstingsi
       Ekstingsi dilakukan dengan membuat atau meniadakan peristiwa – peristiwa penguat tingkah laku. Ekstingsi dapat dipakai bersama – sama dengan metode lain seperti modelling dan social reinforcement.
       Guru – guru sering mengalami kesulitan mengadakan ekstingsi karena mereka harus belajar mengabaikkan misbehavioris tertentu.Tentu saja ada jenis – jenis tingkah laku yang menyinggung perasaan murid – murid. Ekstingsi berlangsung, jika adanya perhatian.
3.         Satiasi
       Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulang – ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera
4.         Perumahan lingkungan stimulus
       Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan stimulus yang mempengaruhi tingkah laku
5.         Hukuman
       Untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan di kelas dengan bijaksana. Hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu dengan reinforcement. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh pelajar, sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh pelajar.
Ada dua bentuk hukuman berikut ini :
a)    Pemberian stimulus derita, misalnya bentakan, cemoohan, atau ancaman.
b)   Pembatalan perlakuan positif, misalnya mengambil kembali suatu mainan atau mencegah anak untuk bermain – main bersama teman – teman
c.         Langkah – langkah dasar modifikasi tingkah laku.
Berikut ini adalah langkah – langkah  bagi guru dalam mengadakan analisis dan modifikasi tingkah laku.
1)   Rumuskan tingkah laku yang diubah secara operasional.
2)   Amatilah frekuensi tingkah laku yang perlu diubah.
3)   Ciptakan suasana belajar atau treatment sehingga terjadi tingkah laku yang diinginkan
4)   Identifikasi reinforcers yang potensial
5)   Perkuatlah tingkah laku yang diinginkan, dan jika perlu gunakan prosedur – prosedur untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak pantas.
6)   Rekam atau catatlah tingkah laku yang diperkuat  untuk menentukan kekuatan – kekuatan atau frekuensi respons yang telah ditinggkatkan.


d.        Pengajaran terprogram
Pengajan terprogram menerapkan prinsip - prinsip operant conditioning bagi belajar manusia di sekolah. Pengajaran ini berlangsung seperti halnya paket pengajaran diri sendiri yang menyajikan suatu topik yang disusun secara cermat untuk dipelajari dan dikerjakan oleh pelajar. Tiap – tiap perkerjaan pelajar langsung diberi feedback.
 Pada tahun 1950, pengajaran terprogram telah dipratekkan. Sebagai pendidik yakin, bahwa untuk pengajaran baru ini akan memperbahurui pengajaran, belajar lebih efisien dan tugas – tugas guru lebih terarah. Dilain pihak, banyak guru yang khawatir bahwa mesin – mesin akan menggantikan peranan mereka.
Sejak akhir tahun 1950 sampai dengan 1960, bentuk pengajaran ini mengalami banyak kritik dan ulasan. Sehingga pada tahun 1970 pendidik menyimpulkan bahwa pengajaran terprogram dapat dipakai, namun peranan di masa mendatang adalah melengkapi program pengajaran guru.
Pengajaran terprogram berusaha memajukan belajar dengan :
1)             Merinci bahan pelajaran menjadi unit – unit kecil
2)             Memaksa murit mereaksi unit – unit kecil itu
3)             Memberitahukan hasil belajar secara langsung
4)             Memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri
Ada bermacam – macam pegajaran terprogram, antara lain berikut ini :
1) Program Linier yaitu program yang dikembangkan oleh Skinner. Penyusun program menentukan urutan – urutan kegiatan murid untuk menyelesaikan program. Tiap bagian program berisi perincian kecil pengetahuan.
2) Program Intrinsick atau Branching program – program ini dikembangkan oleh Croder. Dalam program ini respons – respons pelajar menentukan rute atau arah kegiatan pelajar. Rute – rute alternatif disebut branches yang merupakan prediktor – prediktor permasalahan yang akan memperbaiki respons siswanya.
Ada tiga kelakuan pokok murid dalam belajar yaitu :
1)        Review
2)        Uderlining
3)        Note taking
Beberapa kreteria terhadap metode pengajaran terprogram antara lain :
1)        Kurang mengembangkan kreatifitas
2)        Kurang memberi pengalaman humanisasi
3)        Kurang memberi kesempatan untuk merespons dengan berbagai aktivitas
e.         Program – program pengajaran individu
Prinsip – prinsip pengajaran terprogram telah diterapknan dalam program – program pengajaran individul. Program pengajaran individual telah dikembangkan pada beberapa lembaga pendidikan seperti berikut ini:
1)        Program for learning in accordance with needs (PLAN). Pada Westinghouse Corporaton
2)        Individually Guide Education (IGE), pada pusat penelitian pengembangan belajar kognitif di Univisitas Pittsburgh.
   Program PLAN adalah suatu program pengajaran individual di bidang – bidah bahasa, matematika, IPS dan IPA. Program disusun dalam bentuk unit – unit belajar mengajar dengan rumusan tujuan, bahan pelajaran, dan cara – cara untuk mencapai tujuan pelajaran.
Sistem PLAN menggunakan computer yang mereka pakai setiap kemajuan dan performance murid. Dengan program pengajaran individual, siswa – siswa belajar secara maju berkelanjutan menurut kemampuan dan minat mereka.
f.          Analisis tugas
Komponen – komponen pengajaran penting menurut pandangan Behavioral adalah kebutuhan akan :
1)        Perumusan tugas atau tujuan belajar secara Behavioural
2)        Membagi task menjadi subtask
3)        Menentukan hubungan dan aturan logis antara subtask
4)        Menetapkan bahan dan prosedur mengajarkan tiap – tiap subtask
5)        Memberi  feedback pada setiap penyelesaian subtask
Analisis tugas akan membantu guru dalam membimbing belajar siswa. Bagi penyusun program, analisis tugas membantu menentukan susunan bahan pelajaran dalam mesin mengajar.  Packard menggolongkan entry Behavior murid berdasarkan pengenalan kita tentang siswa. Kemudian menggolongkan keterampilan – keterampilan lain sebagai tujuan perantara kearah tujuan terminal.
g.         Suatu pendekatan belajar tugas
Strategi belajar tuntas menurut Bloom:
1)        Pelajaran terbagi atas unit – unit kecil untuk satu atau dua minggu.
2)        Bagi masing – masing unit tujuan intruksional dirumuskan dengan jelas.
3)        Learning tesk dalam masing – masing unit diajarkan dengan pengajaran kelompok reguler.
4)        Pada tiap – tiap akhir, unit belajar diselenggarakan tes – tes diagnotik (Formative) untuk menentukan apakah siswa – siswa telah menguasai unit belajar, jika belum apa yang masih di kerjakan oleh siswa.
5)        Untuk mengatasi kelemahan – kelemahan belajar, dapat dipakai prosedur – prosedur kerja kelompok kecil.
6)        Bilamana unit – unit terselesaikan, suatu tes akhir diselenggarakan untuk menentukan nilai pelajaran pada si pelajar.
7)        Strategi Bloom berbeda dari pengajaran kelas konvensional karena menekan :    
a)         Menggunakan unit – unit belajar kecil
b)        P enggunaan test diagnostik
c)         Prosedur – prosedur korektif untuk mengatasi kesulitan belajar murid.
Bloom mengemukakan bahwa program – program belajar tuntas mengembangkan minat dan sifat positif terhadap mata pelajaran.
h.         Pemikiran tentang model belajar mengajar
Model belajar mengajar menunjukkan  bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi keputusan – keputusan metodologi guru. Prisip – prinsip operant conditionaning dan analisis tugas terlaksanakan dengan berhasil pada berbagai macam siswa di berbagai situasi belajar. Untuk mengadakan analisis tugas, guru harus mengetahui tujuan instruksional.
Analisis tugas berguna untuk perencanaan program pendidikan individual sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan khusus siswa. Belajar tuntas menggunakan analisis tugas untuk mengembangkan kurikulum yang menjamin tingkat keberasilan yang tinggi. Modifikasi tingkah laku digunakan oleh guru untuk pengelolaan kelas, karena memberikan prinsip – prinsip kelakuan yang efektif. 
i.           Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
1)        Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif di dalamnya
2)        Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
3)        Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
4)        Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negative
j.           Adapun kritik terhadap teori behaviorisme adalah:
1)        Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam tempo seketika.
2)        Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
Aplikasi  teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain adalah : Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie.
2.    Teori Belajar Kognitivisme
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan sebagai berikut:
No
Piaget
Brunner
Ausubel
1






2
Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa


Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Equilibrasi
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a. Enaktif (aktivitas)
b. Ekonik (visual verbal)
c. Simbolik
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru

Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
a. Memperhatikan stimulus yang diberikan
b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Prinsip kognitivisme banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a.         Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
b.         Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
c.         Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Adapun kritik terhadap teori kognitivisme adalah:
a.         Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah.
b.         Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam benak setiap siswa.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.




3.    Teori Belajar Humanistik
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si belajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si belajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Aktualisasi diri adalah puncak kepuasan seseorang dalam konsep secara umum. Secara umum teori ini cenderung bersifat elektik dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun agar tujuan belajar dapat tercapai. Sebagai contoh teori ini terwujud dalam karya David Krathwol dan Benjamin Bloom (Taksonomi Bloom), Klob (belajar empat tahap), Honey and Mumford (pembagian tentang macam siswa) dan Habermes (tiga macam tipe belajar).
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
4.    Teori belajar Sibernetik
Teori ini masih baru jika dibandingkan dengan ketiga teori yang telah dijelaskan sebelumnya . Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi . Teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi, sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini dikembangkan oleh Landa (dalam bentuk pendekatan algoritmik dan Neuristik) serta Pask and Scott dengan pembagian tipe siswa yaitu type Wholist dan type Ferialist. Teori sibenrnetik ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung sehingga untuk selanjutnya banyak yang berasumsi bahwa teori ini sulit untuk dipraktekkan.
Aplikasi teori sibernetik terhadap proses pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar
C. Implikasi Bagi Pengajaran
Yang penting  sekali untuk dipertimbangkan dalam mengajarkan konsep-konsep pokok ialah membantu anak itu secara berangsur-angsur dari berpikir konkrit kearah berpikir secara konsepsional.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian kepada anak-anak telah dapat diajarkan konsep-konsep pokok pada usia yang jauh lebih muda daripada yang diduga sebelumnya. Pada usia inilah dapat diberikan dasar-dasar yang fundamental yang kelak sangat membantu anak pada taraf yang lebih lanjut. Rasanya tidak ada alasan untuk membantah bahwa  setiap mata pelajaran dapat diajarkan kepada setiap anak pada setiap usia dalam suatu bentuk tertentu, yang perlu dicari ialah caranya dan bentuk yang serasi itu.

0 komentar:

Posting Komentar