Recent Posts

q

Sabtu, 06 Agustus 2011

Aplikasi Belajar Mandiri

Tujuan akhir dari belajar mandiri adalah perkembangan kompetensi intelektual mahasiswa. Beljar mandiri dapat membantu mahasiswa menjadi seorang yang terampil dalam memecahkan masalah, menjadi manajer (pengelola) waktu yang unggul dan menjadi seorang pembelajar yang terampil untuk belajar (Block, 1970).
Studi kasus, riview literatur, proyek penelian dan seminar merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri secara individu maupun secara kelompok. Jika dikelola dengan baik, maka kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendalami topik-topik yang didalaminya dan pada saat yang sama menikmati keuntungan. Kerjasama antara teman (jika berkelompok). Melalui belajar mandiri ini, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman yang mungkin takkan pernah didapat dari perkulihan tatap muka di ruang kelas.
Jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, belajar mandiri dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk “generalisation and transfer” (suatu keterampilan membentuk struktur dan strategi kognitif yang dapat digunakan dalam berbagai situasi), memahami manfaat belajar dan kemampuan untuk menganalisis, sintesis dan mengaplikasikan hal-hal yang sudah dipelajari. Mahsiswa seperti itu biasanya mempunyai tingkat kepuasan belajar yang lebih tinggi, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dan mahasiswa yang hanya belajar secara pasif dan menerima saja (Kozma, Belle, 1978).
1.      Mahasiswa
Mahasiswa yang mampu belajar mandiri, disebut mahasiswa mandiri, memerlukan beraneka ragam keterampilan, sumber dan fasilitas untuk mampu menguasai tantangan yang dihadapinya. Mahasiswa perlu mengetahui cara memperoleh informasi untuk menjawab pertanyaan yang dimilikinya dan cara bertanya yang benar. Mahasiswa juga perlu mengetahui teknik dan metode penelitian yang tepat serta dapat menggunakanya dengan baik dan benar (Romiszowshi, 1981).
Seperti telah ditemukan sebelumnya, mahasiswa dapat belajar mandiri jika ia telah menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat, misalnya memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian mahasiswa memerlukan bantuan dosen untuk menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat. Tidak berarti hanya mahasiswa senior yang sudah mampu belajar mandiri, karna prestasi dan lamanya menjadi mahasiswa bukan merupakan persyaratan dari kemampuan belajar secara mandiri di berbagai situasi. Chickering (1975) berpendapat bahwa mahasiswa yang mampu belajar mandiri adalah mahasiswa yang dapat mengontrol dirinya sendiri, mempunyai motivasi belajar yang tinggi, yakin akan dirinya, mempunyai orentasi/ wawasan yang luas dan luwes. Biasanya mahasiswa yang luwes, mandiri dan tidak konfirmasi akan dapat belajar mandiri. Namun, dukungan dan bimbingan dosen biasanya tetap diperlukan oleh mahasiswa yang sudah dapat belajr mandiri (Chickering (1975)
2.      Dosen
Banyak dosen yang kurang dapat melihat manfaat belajar mandiri bagi mahasiswa. Hal ini biasanya terjadi jika dosen kurang percaya akan integritas dan kemampuan mahasiswa, merasa tidak aman (insecured) untuk berurusan dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang terjadi di luar ruang kuliah, atau tidak memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk memberikan bimbingan (McKeachie, 1986).
Sebenarnya, peran dosen dalam proses belajar mandiri mahasiswa sangat penting dan sensitif. Dosen harus mampu memahami dan mengerti tujuan belajar mahasiswa. Tanpa harus mengubah tujuan belajar mahasiswa menjadi tujuan pengajaran dosen, dosen harus mampu membantu mahasiswa untuk menterjemahkan tujuan itu menjadi langkah-langkah belajar yang operasional dan membantu mahasiswa untuk menerapkan langkah-langkah tersebut. Penentuan tujuan, sumber belejar, proses belajar, dan evaluasi harus dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa. Kebutuhan dan harapan dari kedua belah pihak (bukan hanya pihak dosen atau pihak mahasiswa saja) harus diperhitungkan dalam proses penentuan tersebut. Dosen juga diharapkan mempunyai waktu khusus untuk berdiskusi dan mengefaluasi hasil belajar mandiri mahasiswa.
3.      Lingkungan
Lingkungan yang dsapat mendukung proses belajar mandiri adalah lingkungan yang menantang, terbuka pada resiko, luwes, interdisiplin dan tidak tradisional dan tidak tradisional. Jika dosen hanya mengharapkan satu jawaban yang benar dari suatu tugas, maka mahasiswa tidak akan dapat belajar mandiri. Karena dari belajar mandiri mahasiswa justru akan menemukan berbagai kemungkinan jawaban. Jika dosen membatasi mahasiswa untuk membaca hanya buku teks saja (satu buah) maka mahasiswa tidak akn dapat belajar mandiri, karena belajar mandiri menuntut mahasiswa untuk membaca berbagai sumber untuk dapat membuat keputusan (Block,1970). Hal lain yang tidak mendukung proses belajar mandiri mahasiswa adalah jika segala keputusan dan langkah mahasiswa untuk menyelesaikan tugas tergantung dari persetujuan dosen. Dalam situasi seperti itu mahasiswa tidak akan dapat belajar mandiri, karena belajar mandiri member fleksibilitas mahasiswa untuk mengambil keputusan dan menerima resiko keputusan tersebut.
Jika dibandingkan dengan persyaratan kuliah tatap muka, maka belajar mandiri mempunyai persyaratan lebih. Belajar mandiri memerlukan waktu yang dapat mengakomodasi kesalahan-kesalahan, mengurangi gangguan kegiatan lain, dan memungkinkan terjadinya efek yang kumulatif. Dalam hal ini, dosen harus sabar memberikan waktu yang cukup serta penghargaan yang cukup agar mahasiswa dapat belajar mandiri.
4.      Strategi
Pengembangan keterampilan belajr mandiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dosen membekali mahasiswa dengan strategi kognitif, dan dosen membimbing mahasiswa melalui kontrak perkuliahan (Kozma, Belle, William, 19780. Berbekal strategi kognitif dan kontrak perkuliahan, mahasiswa akan melalui proses belajar secara mandiri. Dalam hal ini proses belajar yang akan dilalui adlah proses belajar yang sudah disetujui oleh mahsiswa dan dosen, terutama mengenai topic, tujuann unstruksional, dan penilaian instruksionalnya. Mahasiswa mempunyai kebebasan untuk mengaplikasikan strategi kognitif yang dimiliki secara heuristic (yang paling tepat untuk masalah tertentu dalam waktu tertentu) dalam proses belajar mandiri untuk mencapai hasil belajar yang telah disepakati dalam kontrak perkuliahan (Romiszowki, 1981).
Pertimbangan yang perlu diperlukan dalam hal ini adalah penetuan tujuan proses belajar mandiri dari suatu mata kuliah, apakah tujuan pencapaian keterampilan atau pengetahuan tertentu? Atau untuk pengembangan kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri? Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strtegi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri. Maka tujuan proses belajar mandiri dari suatu mata kuliah adalahpencapaian keterampialan dan pengetahuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional  mata kuliah tersebut. Kondisi seperti ini dapat diterapkan bagi mahasiswa yang sudah terlayih belajar mandiri atau sudah mempunyai bekal strategi kognitif untu belajar mandiri (misalnya mahasiswa yang sudah cukup senior). Untuk mahasiswa yang baru masuk keperguruan tinggi, atau yang masih berada disemester rendah, maka tujuan proses belajar mandiri dari satu mata kuliah akan lebih banyak untuk pencapaian kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri. Secara gambling, tujuanya akan lebih mengarah pda pengembanganya strategi kognitif mhsiswa, dan hanya sebagian kecil porsinya untuk pencapaianya keterampilan atau pengetahuan bidang ilmu tertentu. Dosen perlu menyadari hal ini, sehingga pola bimbinagn belajar dan pola sebagian tugas belajar mandiri bagi mahasiswa disemester rendah hendaknya berbeda dari pola bagi mahasiswa disemester lanjut Hestein, 1986).
Belajar mandiri dapat juga dikembangkan melalui pemggunaan maatri instruksionl yang tercetak maupun terekam yang tercetak maupun terekam yang dientegrasikan dengan perkuliahan. Contoh materi intruksional tercetak adalah handout, outline, tugas membaca terencana , bulku kerja, silabus, buku pegangan mahasiswa, modol, contoh materi instruksional terekam adalah kaset audio, video, microfische microfilm, computer-assited-instruction dan video interaktif. Belajar mandiri juga dapat dibina melalui kerja laboraturium dan pengenalan penggunaan perpustakaan kepada mahasiswa sebagai bagian integral dari perkuliahan, khususnya penggunaan perpustakaan penelusuran literature di perpustakaan, analisis dan evaluasi informasi. Selain itu, dosen juga dapat menumbuhkan belajar mandiri pada diri mahasiswa melalui pembentukan kelompok belajar yang dibimbing oleh tutor atau sesame mahasiwa.
Hal lain yang dipertimbangkan adalah kriteria untuk mengevaluasi proses belajar. Evaluasi harus berfokus pada pencapaian perilaku belajar mandiri yang dapat diukur, termasuk menentukan tujuan belajar, memilih sumber belajar, menganalisis dan mengevaluasi masalah dan memecahkan masalah. Dosen perlu membahas tentang kriteria evaluasi proses dan hasil belajar ketika membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa, sehingga jelas bagi mahasiswa tentang kriteria keberhasilsn belajar mereka.
Agar proses belajar lebih efektif, mahasiswa perlu menerapkan cara belajar yang membuat dirinya terlibat secara langsung, menunjukkan aktifitas mental dan fisisknya selama proses belajar tersebut. Oleh karna itu dalam bab berikut akan dibahas konsep belajar aktif dan cara dosen menumbuhkannya dalam proses belajar mahasiswa.

0 komentar:

Posting Komentar