Parangkat Instruksional
Secara intruksional dan organisatoris Pendidkan Islam pada masa awal Islam hampir tidak memiliki batasan dan model standar yang dapat disebut sebagai karakter sebuah organisasi instruksional pendidikan. Namun pada masa pertengahan, potret ini jelas tampak meskipun corak pertikelir dan kekhasan individualnya masih kental. Perangat organisasi instruksional tersebut antara lain dalam model kurikulum, penataan kelas, hari balajar dan hari libur, dan tingkat pendidikan (makdisi, 1981: 80-98).
Kurikulum pendidikan dalam perspektif ini terdiri dari rangkaian teoritik dan rangkain teoritik dan rangkain actual. Seperti al-Qur’an, hadis, Ulum al Qur’an, Tafsir, Ulum al Hadts, ilmu Ahwal Ruwat al hadis, usul al din dan Usul al Faqh, Mazhab, Ilmu Jadal, dan Dialektika.
Metode pengajaran dalam catatan Gorge Makdisi dilakukan antara lain dengan: 1) Menghafal (memorization/muhazah), 2) Ulangan (repetition/muraja’ah), 3) Pemahaman (understanding/tafhim), 4) Penalaahan (muzakarah) , dan 5) Catatan belajar (the note book). Sedangkan dalam catatan Munniriddin Ahmad metode pengajaran dilakukan dengan ; 1) pendengaran (al Sam’ /hearing), 2) Dikte (al Imla’ /dictation), 3) Otrisasi (al Ijazah/permission of lecence), 4) Penemuan baik dalam buku maupun lainnya (al wijadah/ adoption).
System pentehapan pendidikan dilakukan dalam dua tingkat, yaitu tingkat pemula (elementary education) dan tingkat lanjut (advance aducation). Lembaga penyelenggaraan pendidikan dasar secara institusional- dimuka disebut sebagai Kuttub dan Maktab. Sedangkan untuk penyelenggaraan pendidikan tingkat lanjut dilaksanakan dalam bentuk Majlis, seperti majlis al hadis, majlis al tadris, majlis al munawara, majlis al muzakara, majlis al syu’ra, majlis al adab, dan majlis al fatwa wa al nazarInstrumen Pendukung
Pesatnya perkembangan pendidikan Islam baik secara instruksional, institusional, maupun hasil karya produk pendidikan, dipengaruhi oleh bebrapa faktor pendukung, antara lain :
1. Dukungan politik pemerintahan sepanjang sejarah pertumbuhan Islam dan perkembangannya sangat signifikan menyumbang andil besar dalam intelektulisme Islam(Fazlurrahman, 1979: 183; dan al Saba’I, 1990: 183-192).
2. Perpusyakaan Semi Publik yang dibuka oleh beberapa professor/ulama sangat membantu para peminat cabang-cabang ilmu tertent. Rahman menulis pejabat Negara yeng mampu membeli dan mengumpulkan jumlah buku-buku yang sangat besar disediakan bagi pencari ilmu dan tidak jarang disedekahkan.
3. Dukungan beasiswa dan tradisi waqf sangat mendukung datangnya santri atau murid untuk tinggal diwilayah yang dekat dengan para guru/ulama’, seperti yang dilakukan oleh Abu Hatim al Busti (Fazlurrahman, 1979: 532).
Konflik aliran telah memberikan nuansa persaingan yang samgat kompetitif pada masa pertumbuhan mazhab dan seputar pengaruh hellenisme dan munculnya perdebatan kalam. Kondisi ini memungkinkan memacu produktifitas karya ulama, sebagai ilmu jadal dan landasan hujjah sekaligus resistensi aliran dari serangan luar. Meskipun dampak negative dari konflik ini juga yang memadamkan (member pengaruh negatif) semangat intulektual muslimin akhir masa pertengahan.
0 komentar:
Posting Komentar